Suara.com - Seorang Pasien positif Covid-19 berjenis kelamin perempuan berumur 43 tahun dengan kode BPN-198, tiba-tiba hilang tak diketahui keberadaannya. Ia diduga kabur ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Saat yang bersangkutan meninggalkan Balikpapan, hasil uji swab yang menyatakan dirinya positif terpapar COVID-19 belum disampaikan.
“Ketika petugas kami ingin menyampaikan hasil swab tersebut, yang bersangkutan menghilang," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Balikpapan dr Andi Sri Juliarty, Sabtu (4/7/2020).
BPN-198 adalah istri dari seorang pedagang di Pasar Pandansari yang meninggal pekan lalu, setelah mengalami komplikasi parah yang disebabkan COVID-19. Karena itu, istri maupun anak yang bersangkutan segera dites swab.
Baca Juga: Waspada! Kasus Positif Corona di Kota Bogor Naik Lagi
“Namun karena masih dalam suasana berduka, kami tidak bisa serta-merta melakukan uji swab itu,” kata dr Juliarty sebagaimana dilansir Antara.
Baru tiga hari setelah pemakaman suaminya, istri dan anaknya menjalani uji usap tersebut sebagai bagian dari tracking untuk menghentikan penularan.
Setelah menjalani uji usap yang bersangkutan kemudian berhenti berjualan dan melakukan isolasi mandiri di rumah. Namun ketika petugas datang, yang bersangkutan kemudian sudah tidak ditemukan.
Pelacakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 menemukan bahwa pasien ini sudah berada di Banjarmasin, 560 km barat daya Balikpapan, atau lebih kurang 10-12 jam perjalanan dengan mobil. Keberadaan pasien tersebut juga sudah dilaporkan kepada gugus tugas di Banjarmasin.
“Agar segera ditemukan dan mendapat penanganan yang semestinya, karena yang bersangkutan positif terpapar COVID-19,” kata Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi pada kesempatan yang sama.
Baca Juga: Ditunggu! 2 Pekan Lagi WHO Dapatkan Hasil Awal Uji Coba Obat Covid-19
Rizal menambahkan sementara ini belum diketahui, apakah Tim Gugus Tugas Banjarmasin sudah menemukan yang bersangkutan atau belum.
“Kita masih menunggu laporan apakah sudah dapat atau belum,” katanya.
Kadinkes dr Juliarty juga menyatakan, pihaknya tidak punya kemampuan mengawasi setiap pasien, apalagi yang menjalani isolasi mandiri di luar rumah sakit secara penuh 24 jam. Sama seperti mengenakan masker atau rajin cuci tangan, termasuk juga jaga jarak antarorang, menjalani isolasi adalah sepenuhnya kesadaran pribadi.