Akademisi Sebut Ada Enam Klaster Masyarakat yang Bermasalah Saat Pandemi

Chandra Iswinarno Suara.Com
Jum'at, 03 Juli 2020 | 22:25 WIB
Akademisi Sebut Ada Enam Klaster Masyarakat yang Bermasalah Saat Pandemi
Ilustrasi corona dan peta Indonesia
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Literasi terhadap masyarakat oleh stakeholder di akarrumput mengenai Covid-19 dinilai sangat lemah. Bahkan di sejumlah daerah masyarakat masih buta mengenai Virus Corona tersebut, sehingga penyebaran wabah tersebut terus meningkat setiap harinya, seperti kasus yang terjadi di Jawa Timur.

Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya Ahmad Zainul Hamdi mengatakan, di sejumlah daerah di Jawa Timur, misalnya banyak warga yang memilih merahasiakan keluarganya yang terinfeksi positif Covid-19.

Salah satu faktornya karena mereka malu menginformasikan kepada warga lain, lantaran dianggap terpapar wabah tersebut adalah sebuah aib. Sehingga penularan terus terjadi di lingkungan masyarakat.

"Jadi narasi edukatifnya rendah, yang dikencangin malah narasi menakutkan dan ancaman yang cenderung menyudutkannya warga (yang terpapar)," kata Ahmad dalam sebuah diskusi daring bertajuk Memperkokoh Kerjasama di Tengah Zona Siaga Covid-19 yang digelar PUSAD Paramadina, Jumat (3/7/2020).

Baca Juga: Tambah 147 Pasien, Positif Corona di Jakarta Capai 11.824 Orang

Ia menilai, pemerintah dan otoritas sejak awal reaksinya tergagap dalam menghadapi wabah ini. Tak ada yang siap menghadapi pandemi.

Ahmad membedakan enam klaster kelompok masyarakat yang bermasalah di masa pandemi tanpa ada literasi dari stakeholder. Pertama, kelompok masyarakat yang tidak tahu mengenai Covid-19 dan apa yang harus dilakukan agar tak terpapar dan mencegah penyebaranya.

Kedua, kelompok masyarakat yang pada dasarnya harus bekerja untuk bertahan hidup. Orang seperti ini pilihannya bukan bekerja untuk mati, tapi pilihannya mati di mana.

Jadi seluruh kebijakan tentang lockdown, karantina wilayah, isolasi mandiri, tanpa didukung jaminan bahwa mereka di dalam rumah dijamin tetap hidup, mereka akan tetap keluar rumah.

"Mereka rata-rata berpendidikan rendah, sehingga mereka sangat tidak disiplin untuk melakukan protokol Covid-19 ketika beraktivitas ke luar rumah," ujarnya.

Baca Juga: Hidroksiklorokuin Kembali Disebut Bisa Selamatkan Pasien Covid-19

Ketiga, kelompok 'Ndableg'. Ini adalah kelompok orang-orang yang mungkin sebagian diantara mereka sadar, bahkan tahu mengenai wabah. Ndableg itu nakal, sembrono dan cendrung untuk menantang. Misalkan dalam situasi seperti saat ini mereka tetap berkerumuman tanpa protokol kesehatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI