Suara.com - Presiden Joko Widodo atau Jokowi tidak segan mengancam anak buahnya direshuffle karena tidak menunjukkan kinerja yang baik dalam penanganan pandemi virus Corona (Covid-19).
Namun, apakah Jokowi benar-benar akan memecat menterinya yang dianggap berkinerja buruk atau hanya merotasinya?
Peneliti Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aisah Putri Budiatri melihat jejak rekam Jokowi kala melakukan reshuffle kabinetnya pada periode 2014-2019. Jokowi memang melakukan reshuffle kala itu, akan tetapi kebanyakan ia memindahkan satu nama ke kursi lain sehingga terlihat ada sejumlah rotasi dalam perombakan kabinetnya.
Peluang rotasi kabinet itu juga terlihat pada saat ini.
Baca Juga: Jokowi Marah, Amien Rais: Jangan Bernasib Seperti Pak Harto
"Karena beberapa kali reshuffle dilakukan, Presiden menempatkan orang yang mungkin menurut Pak Presiden cocok enggak ya bekerjanya, kemudian juga menjadi orang yang dipercaya tapi kemudian tidak pas dengan pos itu diputar, dipindah ke pos lain," kata Putri dalam sebuah diskusi virtual, Kamis (2/7/2020).
Kemudian komposisi latar belakang menteri pun menurutnya tidak akan berubah. Di mana semisal ada satu kementerian yang diisi oleh profesional, maka ketika harus diganti akan diisi oleh orang yang berlatar belakang sama.
Begitupun dengan komposisi partai politik. Menurutnya Jokowi memiliki alasan tersendiri mengapa akhirnya ia memutuskan menbentuk Kabinet Indonesia Maju nan gemuk.
Oleh karena itu, menurutnya jika Jokowi benar melakukan reshuffle maka tidak akan terlihat ada perubahan yang berarti.
Tetapi Putri memiliki sudut pandang lain soal peluang lain di balik wacana reshuffle, yakni hadirnya partai politik baru. Kalau dilihat dari jejak rekamnya, Partai Demokrat yang paling berpeluang masuk kabinet ketika Jokowi mau mereshuffle.
Baca Juga: Jokowi Marah di Depan Menteri, Amien Rais: Saya Kasihan Tapi Ketawa
Hal itu disampaikannya karena melihat Ketua Umum Partai Demorkat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang kerap bertandang menemui Jokowi - Ma'ruf bahkan bertemu dengan Partai Golkar sebagai partai koalisi Jokowi.
"Meskipun dikatakan itu enggak ada hubungan secara langsung dengan poltiik kabinet tapi menurut saya itu ada, sedikit-sedikit ada hubungan," pungkasnya.