"Siswa-siswa internasional ini jauh dari rumah, kebanyakan tinggal sendirian, tidak akrab dengan sistem hukum Australia sehingga, sayangnya, sangat rentan terhadap eksploitasi majikan."
Salah satu mahasiswa asing yang membawa kasusnya ke pengadilan adalah Jonathan, mahasiswa teknik sipil asal China.
"Upah saya 6.000 dolar belum dibayar menurut aturan tarif penalti," katanya kepada ABC.
Ia butuh waktu dua bulan sebelum akhirnya mendapatkan selisih kekurangan gajinya.
Baca Juga: Biaya Kuliah di AS Tinggi, Mahasiswa Asing Kian Lirik Negara Lain
Namun mahasiswa lainnya, Jin, yang membawa kasusnya untuk diadili oleh komisi Fair Work Commission, masih berusaha mendapatkan tiga tahun kekurangan gajinya.
"Jumlahnya sekitar 10.000 dolar," kata Jin kepada ABC.
Mahasiswa internasional asal China, Jin, menggugat tempat kerjanya ke komisi hubungan kerja Fair Work Commission karena dibayar lebih murah dibandingkan staf lainnya.
Ia bekerja untuk perusahaan promosi di toko bebas pajak di bandara Sydney.
Kepada Fair Work, Jin mengaku melakukan pekerjaan yang sama dengan pekerja ritel yang dipekerjakan langsung oleh pengecer. Tapi bayarannya beda.
Baca Juga: Ketika Mahasiswa Asing pun Jatuh Cinta kepada Minangkabau
Namun, majikan Jin berdalih karyawan mereka tidak diatur oleh sistem gaji menurut tarif penalti.