Suara.com - Gereja St. Albans di Hertfordshire, Inggris memajang lukisan Yesus berkulit hitam sebagai dukungan kepada gerakan anti rasis Black Lives Matter.
Menyadur New York Post, Rabu (1/7/2020), lukisan yang dipasang gereja itu adalah penafsiran ulang dari karya Leonardo Da Vinci berjudul Last Supper atau Perjamuan Terakhir.
Lukisan karya Da Vinci menggambarkan makan malam terakhir yang dilakukan Yesus--berkulit putih--dan murid-murid-Nya sebelum ia disalibkan.
Namun, melalui penafsiran ulang pelukis Lorna May Wadsworth, Yesus dan murid-muridnya digambarkan dengan kulit hitam.
Baca Juga: Dukung Black Lives Matter, Kosmetik L'Oreal Hapus Kata Fair dan Whitening
Proses penafsiran ulang lukisan abad ke-15 itu melibatkan model Tafari Hinds asal Jamaika untuk berpura-pura sebagai putra Tuhan.
Karya seni sepanjang sembilan kaki itu akan dipasang di alter Katedral St. Albans, sesuai dengan permintaan dari Uskup Agung Canterbury Justin Welby.
"Gereja tidak dalam posisi yang kuat untuk berkhotbah kepada orang lain tentang keadilan, ras atau sebaliknya," Pendeta Dr Jeffrey John, dekan St Albans.
"Tetapi iman kita mengajarkan bahwa kita semua dibuat sama dalam gambar Allah, dan bahwa Allah adalah keadilan."
Sebelum memajang lukisan Yesus kulit hitam, Uskup Agung Canterbury Justin Welby sudah sering mengampanyekan gerakan anti rasial.
Baca Juga: Ejek Gerakan Black Lives Matter, Gamer Ini Dilarang Main Seumur Hidup
Welby baru-baru ini meminta pejabat Gereja Inggris untuk mempertimbangkan kemungkinan kuat bahwa Yesus Kristus dari Nazareth tidak berkulit putih.