Suara.com - Pengamat mikro ekspresi, Kirdi Putra menilai aksi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini alias Risma yang sujud di kaki dokter tidaklah natural.
Dia menyebut, Wali Kota Risma sujud tidak natural, hanya ingin mendulang simpati publik.
Penilaian Kirdi bukan tanpa alasan, Risma sudah pernah beberapa kali melakukan sujud di kaki sejumlah orang.
Menurut Kirdi, sujud itu kerap dilakukan Risma karena aksi-aksi sebelumnya menuai simpati.
Baca Juga: Risma Sujud di Kaki Dokter, Pakar: Bukan Lebay, tapi Penderitaan Mental
“Cara menyampaikan Bu Risma ini sudah bukan kali pertama, itu dulu. Sujudnya pun bukan kali pertama. Nah kalau sudah dilakukan beberapa kali, jadi ini dalam tanda petik tidak natural lagi. Bahwa ini mungkin cara dia mendulang simpati,” kata Kirdi dalam diskusi di Apa Kabar Indonesia Malam, tvOne, seperti disitat dari Hops.id -- jaringan Suara.com, Selasa (30/6/2020).
Menurut Kirdi, aksi semidrama sujud ini dilakukan Risma demi mengetuk pintu hati pada masyarakat Surabaya yang bandel.
“Istilahnya orkestra, sudah dibuat sedemikian rupa. Tapi inilah cara wali kota Surabaya. Seperti seorang ibu-ibu yang emosi yang anaknya enggak nurut, sehingga dia menggunakan cara dalam tanda petik ‘semi drama’," ujarnya.
Kirdi menilai, cara sujud di depan banyak orang kembali dilakukan Risma karena dia punya kesan yang baik dengan lakon tersebut. Mungkin di dua sujud sebelumnya, Risma menanggok keuntungan banyak dari publik.
Tetapi, dia lupa kalau orang bisa saja antipati jika cara serupa dilakukan berulang kali. Bukan pujian yang didapat, namun cemoohan yang diterima.
Baca Juga: Dirut RSUD Dr Soetomo Tanggapi Aksi Wali Kota Risma Sujud ke Dokter
“Bahwa cara ini berhasil (dahulu), orang-orang jadi simpati. Tetapi sekarang ada yang antipati. Kalau bicara keuntungan politik, pasti ada, selain itu seperti apa yang dia lakukan selalu bisa didengar oleh konstituennya," ujarnya.