Suara.com - Pemerintah Thailand melakukan penelitian di dua rumah sakit tentang penggunaan Andrographis Paniculata (AP) atau lebih dikenal dengan sambiloto untuk mengobati Covid-19.
Sambiloto tersebut digunakan dalam pengobatan tradisional Thailand untuk mengobati berbagai infeksi, termasuk demam dan pilek. Di Indonesia tanaman ini juga digunakan sebagai jamu tradisional yang diyakini memiliki segudang manfaat.
Menyadur Asia One pada Selasa (30/6/2020), fase pertama penelitian tersebut berfokus pada keamanan, aktivitas disinfektan, dan mengurangi pembelahan sel virus.
Dr Marut Jirasrattasiri, direktur jenderal Departemen Pengobatan Tradisional dan Alternatif Thailand, mengatakan bahwa departemennya bekerja sama dengan Rumah Sakit Fakultas Kedokteran Siriraj, Institut Penelitian Chulabhorn, dan Organisasi Farmasi Pemerintah (GPO) dalam melakukan studi percontohan tentang efek ekstrak sambiloto pada pasien Covid-19 dengan persetujuan dari Komite Etika Penelitian Manusia.
Baca Juga: Positif Covid-19, Bocah di Thailand Selamatkan Nyawa Saudarinya
Ada juga permintaan untuk melakukan uji coba pada pasien di Institut Penyakit Menular Bamrasnadura. Namun, karena orang yang terinfeksi Covid-19 di Thailand semakin berkurang, sangat sedikit pasien dalam program ini.
Oleh karena itu, Departemen meminta izin komite untuk Rumah Sakit Samut Prakan dan Rumah Sakit Bang Lamung sebagai tempat uji coba. Kedua rumah sakit tersebut merupakan pusat karantina utama di negara baik yang menerima warganya yang baru kembali dari luar negeri.
Rumah sakit tersebut siap menerima sejak 22 Juni dan dapat segera dilakukan jika ada orang yang terinfeksi dan memenuhi kriteria untuk uji coba perawatan.
Pasien yang memenuhi kriteria untuk menerima pengobatan sambiloto ini adalah mereka yang terinfeksi Covid-19 dengan gejala yang bertahan tidak lebih dari 72 jam, dengan gejala ringan hingga sedang seperti demam, batuk, dan masalah pemanasan.
Pada fase pertama, enam pasien akan menerima 60 mg kapsul ekstrak sambiloto, atau tiga kali dosis normal, tiga kali sehari untuk melihat apakah gejalanya membaik dengan jelas. Enam pasien lain akan menerima 100 mg kapsul ekstrak AP, atau lima kali dosis normal, tiga kali sehari.
Baca Juga: Thailand Akan Izinkan Sebagian Turis Datang ke Negaranya
"Fase pertama percobaan pada manusia akan fokus pada keamanan. Kami ingin mengetahui efisiensi pada orang dengan dan tanpa gejala, efek pada darah, dan efek enzim sitokin yang berbahaya bagi paru-paru, jantung, atau hati," ujar Dr Marut dikutip dari Asia One.
"Ekstrak ini akan membantu mengurangi infeksi atau disinfektan. Jika berfungsi dengan baik, itu akan menjadi obat yang murah dan tersedia luas. Yang penting, herbal diproduksi di Thailand 100 persen," pungkasnya.