Suara.com - Kematian seorang ayah dan anak dalam penjara di Tamil Nadu, India, telah memicu kemarahan publik usai keluarga korban menuding polisi telah melakukan penyiksaan terhadap keduanya.
Menyadur Al Jazeera, P Jayaraj dan putranya, J Bennix, ditahan pada Jumat (26/6) lalu lantaran dianggap melanggar aturan lockdown dengan membuka toko ponsel melebihi batasan jam malam pukul 20.00 waktu setempat.
Baru beberapa hari di penjara Kovilpatti, keduanya dilaporkan meninggal dunia. Polisi mengklaim Bennix sakit di bagian dada sementara Jayaraj menderita demam tinggi.
Keduanya disebutkan sempat dibawa ke rumah sakit pemerintah Kovilpatti, namun nyawa mereka tak terselamatkan. Ayah dan anak ini meninggal dalam waktu yang berdekatan.
Baca Juga: Pemerintah Belum Mau Seperti Polisi India, PSBB Bandel Gebuk Pakai Rotan
Atas apa yang menimpa Jarajay dan Bennix, keluarga mengatakan keduanya meninggal karena disiksa dalam tahanan, alih-alih menderita sakit seperti yang dijelaskan pihak kepolisian.
Anggota keluarga juga menuding polisi melakukan kekerasan seksual terhadap para korban.
"Jayaraj dan Bennix dihajar lagi setelah dibawa ke kantor polisi, bahkan beberapa ketika beberapa dari kita menyaksikannya dari puntu masuk kantor polisi," ujar kerabat ayah dan anak ini.
Hasil post-mortem Jayaraj dan Bennix belum di rilis, namun berdasarkan laporan medis awal menunjukkan sejumlah luka pada tubuh keduannya.
"Kaki dan tangan mereka bengkak, dan Bennix berdarah di pantat. (Jayaraj) mengalami cedera parah di lututnya. Polisi bahkan meminta lungis (sarung) baru karena yang mereka kenakan berdarah," beber S Rajaram, pengacara dan teman Bennix.
Baca Juga: Derita Pekerja Migran, Bocah Ajak Main Ibunya yang Telah Meninggal
Sejauh ini pengadilan setempat tengah melakukan penyelidikan atas kasus tersebut. Sementara, Amnesty India meminta pemerintah Tamil Nadu untuk mengakhiri impunitas bagi petugas polisi.