Suara.com - Politikus Partai Demokrat Imelda Sari menilai ancaman reshuffle kabinet merupakan isyarat kekecewaan yang mendalam dari Presiden Jokowi.
Imelda menyoroti bahasa tubuh dan nada bicara yang ditunjukkan Jokowi ketika menyampaikan pidato dalam sidang paripurna yang digelar di Istana Negara pada 18 Juni 2020 lalu.
Berdasarkan analisanya, Jokowi dianggap sudah tak kuasa membendung kekecewaan terhadap sejumlah menteri yang dinilai belum menunjukkan kinerja maksimal di tengah situasi darurat akibat pandemi Covid-19.
Pernyataan tersebut disampaikan Imelda melalui akun Twitter pribadinya @isari68.
Baca Juga: Ancam Reshuffle Kabinet, Jokowi Dinilai Jarang Kasih Kode Sekeras Itu
"Saya memperhatikan gestur Presiden Jokowi saya menyampaikan arahan. Jelas sekali kekecewaan Presiden dari nada yang disampaikan juga bidang-bidang yang dimention," cuit Imelda seperti dikutip Suara.com, Senin (29/6/2020)
Melihat sikap tersebut, Imelda berharap supaya arahan Jokowi segera ditanggapi oleh jajaran menteri dengan peningkatan kinerja. Mengingat, presiden juga telah memberikan ultimatum reshuflle kabinet apabila tak kunjung ada perbaikan.
"Kalau tidak segera ada perubahan yang signifikan dari menteri dalam meresposn ini, reshuffle kabinte bisa saja terjadi," imbuhnya.
Sementara dalam cuitan berbeda, Imelda buka suara terkait video sidang kabinet yang dipublikasiakan kepada khalayak. Padahal diketahui, agenda tersebut pada prinsipnya bersifat tertutup.
"Sidang Kabinet bisa terbuka u media atau tertutup. Ini intern, tertutup u media . Kebijakan untuk mempublikasikan setelah 10 hari, tentu bukan di Biro Pers. Ada pada atasan," kata Imelda.
Baca Juga: Jokowi Sentil Kemenkes, Tengku Zul: Pak Presiden Jengkel? Apalagi Rakyat
Menurut Imelda keputusan tak biasa tersebut mencerminkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia benar-benar memburuk akibat pandemi Covid-19.
Untuk itu, pemerintah ingin menyampaikannya secara terbuka kepada rakyat. Hal tersebut, kata Imelda, semata-mata bertujuan agar masyarakat ke depannya dapat meminimalisir pengeluaran demi menyelamatkan perekonomian di tengah situasi darurat.
"Artinya situasi ekonomi sudah sangat berat dan publik harus tahu. Siap siap kencangkan ikat pinggang," kata Imelda", ungkapnya memungkasi.
Ancaman reshuffle
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo a.k.a Jokowi memperingatkan para menteri Kabinet Indonesia Maju yang masih bekerja biasa-biasa saja saat pandemi covid-19, untuk mengubah cara kerjanya.
"Perasaan ini harus sama. Kita harus mengerti ini. Jangan biasa-biasa saja, jangan linear, jangan menganggap ini normal. Bahaya sekali kita, saya lihat masih banyak kita yang menganggap ini normal," kata Presiden Jokowi dengan nada tinggi, saat menyampaikan arahan dalam sidang kabinet paripurna, di Istana Negara pada 18 Juni 2020.
Video arahan Presiden Jokowi tersebut baru dikeluarkan oleh Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden pada "channel" Youtube Sekretariat Presiden pada Minggu.
Dalam arahan tersebut, Presiden Jokowi bahkan membuka opsi "reshuffle" menteri atau pembubaran lembaga yang masih bekerja biasa-biasa saja.
"Bisa saja, membubarkan lembaga, bisa saja 'reshuffle'. Sudah kepikiran ke mana-mana saya, entah buat perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang) yang lebih penting lagi. Kalau memang diperlukan. Karena memang suasana ini harus ada, kalau bapak ibu tidak merasakan itu sudah," kata Presiden Jokowi sambil mengangkat kedua tangannya.