Suara.com - Para pengelola sejumlah kebun binatang di Indonesia harus memutar otak untuk memberi pakan kepada hewan-hewannya mengingat mereka tak lagi punya pemasukan sejak semua lokasi wisata ditutup guna mencegah penularan virus corona.
Di Jawa Barat, Kebun Binatang Bandung atau sekarang disebut Bandung Zoological Garden (Bazoga) baru akan menerima pengunjung pada Sabtu (27/06) setelah tutup selama tiga bulan lantaran penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Padahal, tempat wisata luar ruang ini merupakan wisata favorit warga dalam dan luar Kota Bandung dengan lokasi yang strategis di tengah kota. Harga tiket masuknya yang mencapai Rp40.000 pun terjangkau oleh berbagai kalangan masyarakat.
Bagi Yayasan Margasatwa Tamansari selaku pengelola Bazoga, kondisi ini membuat mereka kesulitan menyediakan pakan bagi satwa-satwanya.
Baca Juga: Kebun Binatang Bandung Kembali Dibuka
Jika menghitung 10 hari libur lebaran yang menjadi peak season Bazoga, potensi kehilangan pendapatan mencapai Rp4,8 miliar atau di hari biasa bisa mencapai Rp1,2 miliar per bulan.
Namun, biaya pakan satwa setiap bulannya terus mengalir hingga bisa mencapai hampir Rp300 juta.
Sebagai gambaran, dalam sehari, seekor gajah di Bazoga harus diberi pakan sebanyak 3,5 kuintal atau 10% dari berat tubuhnya yang mencapai 3,5 ton. Itu adalah berat badan ideal seekor gajah Way Kambas, Lampung.
Adapun untuk hewan karnivora lebih sulit karena pihak pengelola tidak ada pemasukan untuk membeli daging.
Pengelola Bazoga malah sempat berencana mengorbankan rusa totol dan rusa timor untuk menjadi pakan hewan karnivora, terutama satwa endemik yang dilindungi, seperti macan tutul dan harimau Sumatera.
Baca Juga: Sudah Buka Kembali, Intip Serunya Suasana di Kebun Binatang Ragunan
Namun, rencana tersebut urung dilaksanakan, setidaknya untuk sementara waktu, setelah pihak pengelola menerima sumbangan dari para donatur.
"Sampai saat ini (rencana itu) batal. Tapi, kita belum tahu kalau (Bazoga) ini dibuka, (jumlah) pengunjung nggak tinggi-tinggi juga. Kita akan melihat (situasinya). Jadi bukan mengorbankan (rusa), tapi mengurangi biar cost untuk pangannya berkurang," kata Sulhan Syafi'i, juru bicara Bazoga kepada wartawan Yuli Saputra yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Bazoga, lanjut Sulhan, mengalami overpopulasi sejumlah satwa, antara lain, rusa totol, rusa timor, tapir, dan binturong. Sulhan berdalih, hewan-hewan itu bisa diberikan kepada macan dan harimau sebagai pakan karena rusa bukanlah satwa yang dilindungi.
"Rusa totol bukan satwa dilindungi karena bukan satwa kita. Itu dari India," sebut Sulhan.
Selain sumbangan dari para donatur, pihak pengelola Bazoga mengatur strategi pemberian pakan demi menghemat pengeluaran. Salah satu caranya dengan melakukan substitusi.
"Saat pandemi, beberapa satwa kita kurangi pakannya atau substitusi. Misalnya, karnivora (biasanya dikasih pakan) 50% ayam, 50% sapi. Nah sekarang jadi lebih banyak ayam. Jadi, 75% ayam, 25% sapi. Ayam kan lebih murah ketimbang sapi. Itu salah satu cara mengakalinya. Itu lumayan membantu. Kalau nggak, agak repot kita," ungkap Sulhan.
Sementara untuk satwa herbivora, substitusi pakan dilakukan dengan mengganti apel yang mahal dengan apel yang murah.
Sulhan menyadari substitusi pakan pada satwa karnivora lambat laun akan berdampak pada berkurangnya bobot tubuh hewan-hewan pemakan daging tersebut.
"Ada pengaruh, dalam jangka panjang akan menjadi dampak. Tapi, kalau jangka pendek tiga bulan, enam bulan, nggak apa-apa. Dampaknya lebih kurus sedikit karena kan gizi antara daging ayam sama sapi, beda. Protein, seratnya juga beda," ujar Sulhan yang merangkap sebagai humas PKBSI.
Sejauh ini, kondisi satwa karnivora diklaim dalam keadaan sehat. Sulhan menyebutkan, tim dokter terus mengevaluasi kondisi satwa koleksi Bazoga, terutama yang masuk dalam kategori rawan punah, seperti macan tutul dan harimau sumatera. Bazoga memiliki tiga ekor macan tutul dan dua ekor harimau sumatera.
"Jadi karena kita kebun binatang di Indonesia yang jadi fokus kita adalah satwa asli Indonesia atau endemik Indonesia. Macan tutul, harimau sumatera, itu yang kita fokuskan. Kalau yang lain kan dari luar. Harimau Benggala dari India, singa dari Afrika, itu menjadi level kedua.
"Kalau kita istilahnya, yang mana yang perlu diselamatkan dulu yah, satwa kita, satwa asli Indonesia. Istilahnya critical endangered, satwa yang sangat penting. Di alam juga kan tinggal hitungan tahun bisa punah," katanya.
Namun, Sulhan berharap tidak ada satwa koleksi Bazoga yang mati karena rawan pakan.
"Jangan mati gara-gara pakan karena bakal jadi perhatian dunia. Sudah konvensi dunia harus menyelamatkan satwa endemik masing-masing," ujar dia.
Donasi dan skema pemasaranKesulitan yang dialami Bandung Zoological Garden turut dirasakan kebun binatang lainnya.
Berdasarkan survei internal perhimpunan kebun binatang se-Indonesia (PKBSI) April lalu, sebanyak 92,11% kebun binatang di Indonesia hanya mampu menyediakan pakan kurang dari satu bulan karena dampak.
Di Solo, Jawa Tengah, penutupan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) sejak 16 Maret lalu praktis menyebabkan tidak ada pemasukan dari penjualan tiket. Hal ini berdampak langsung pada kemampuan pengelola TSTJ untuk menyediakan pakan bagi satwa-satwa mereka.
Direktur Utama TSTJ Solo, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso, mengatakan keuangan yang dimiliki pihak pengelola diperkirakan hanya sampai tiga bulan ke depan. Padahal untuk memenuhi biaya kebutuhan pakan setiap bulannya mencapai Rp120 juta.
Dari jumlah tersebut, Pemkot Solo hanya membantu senilai Rp100 juta per bulan sehingga masih terdapat kekurangan senilai Rp20 juta.
"Bantuan itu hanya selama Mei, Juni dan Juli saja. Jadi masih kurang Rp20 juta. Terus kita kumpulkan teman-teman pecinta satwa untuk membuat donasi pakan," terang Bimo kepada wartawan Fajar Sodiq, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Setelah gagasan program donasi pakan itu disampaikan kepada publik, berbagai pihak menyambut baik. Bantuan-bantuan untuk pemenuhan kebutuhan pakan satwa TSJTJ mulai berdatangan, tak hanya dalam bentuk pakan, tapi juga dalam wujud donasi uang.
"Bantuan dari pemerintah Rp100 juga itu untuk membeli daging sapi, daging ayam, rumput gajah, dan buah-buahan. Sedangkan donasi yang masuk ke rekening pun cukup banyak sampai Rp300 juta," sebut Direktur Utama TSTJ Solo, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso.
Dengan bantuan tersebut, Bimo memperkirakan pihaknya bisa memenuhi kebutuhan pakan untuk 405 ekor satwa yang terdiri dari 80 spesies hingga akhir September mendatang.
Akan tetapi, walau biaya kebutuhan pakan telah terpenuhi, biaya operasional pengelolaan TSTJ belum mencukupi.
"Porsi kebutuhan pakan paling banyak dan setiap hari itu daging ayam, daging sapi, rumput gajah, buah-buahan. Kami tidak melakukan perubahan atau pengurangan apapun menu pakan. Justru kami lebih berhati-hati dalam hal menjaga kesehatan satwa maupun manusianya.
Untuk menyiasati kekurangan dana, pengelola Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo muncul dengan ide pembayaran tiket di muka seharga Rp20.000 per orang, yang bisa digunakan hingga Desember 2021.
Bimo mengaku kaget dari hasil penjualan tiket itu. Sebab, dari target penjualan sebanyak 10.000 lembar tiker, ternyata yang laku terjual mencapai 62.000 lembar tiket.
"Untuk operasional membayar gaji karyawan, tagihan listrik dan air, kami menjual presale. Dengan terjual 62.000 tiket maka jumlah uangnya mencapai Rp1,2 miliar. Akhirnya, biaya pakan dan operasional tercover semua," paparnya.
Sementara itu, Janu Wahyu Widodo, salah seorang pegiat satwa yang tergabung dalam Exalos Indonesia mengatakan bahwa pengelola TSTJ selalu mengajak komunikasi untuk penanganan koleksi satwa sejak pandemi Covid-19 melanda.
"Pada waktu kami mendapatkan sebuah ide adopsi satwa. Jadi adopsi satwa itu bukan satwanya diambil, tapi untuk mengajak masyarakat membantu untuk memberi pakan," ucapnya.
Selain itu, pihak TSTJ juga melakukan penggalangan donasi.
"Jadi kondisinya walaupun tidak ada pengunjung, hewan-hewan itu tetap terawat. Di TSTJ bagus, pakan tidak dikurangi dan seperti biasa. Kebutuhan pakan sangat tercukupi," ungkapnya.
'New normal' di kebun binatangKini pengelola TSTJ sudah bisa bernapas lega. Pasalnya kebun binatang tersebut mulai dibuka untuk pengunjung sejak Jumat (19/06). Hanya saja, menurut Bimo, untuk pengunjung anak-anak di bawah 18 tahun, ibu hamil, dan lansia belum diperbolehkan masuk.
"Anak-anak memang belum boleh masuk, karena peraturan wali kota masih melarang untuk masuk. Nanti kalau sudah dilonggarkan baru boleh masuk," ucapnya.
Meskipun sudah dibuka, namun pihak pengelola menerapkan protokol kesehatan dengan ketat bagi pengunjung.
Pengunjung yang akan masuk harus melewati pemeriksaan bilik disinfektan, pengecekan suhu, hingga penggunaan hand sanitizer. Bahkan jumlah pengunjung yang masuk juga dibatasi.
"Kami tidak terlalu ambisius untuk jumlah pengunjung, hanya 1.000 pengunjung dibagi dua gelombang masing-masing 500 pengunjung. Gelombang pertama pukul 09.00 hingga pukul 12.00 WIB, gelombang kedua pukul 13.00 hinga 16.00 WIB," sebutnya.
Adapun Bandung Zoological Garden mulai dibuka pada Sabtu (27/06). Pembukaan ini sesuai dengan keputusan pemerintah kota Bandung yang diterima oleh manajemen kebun binatang pada Kamis (25/06).
Pembukaan Bazoga disertai dengan pengetatan protokol kesehatan dan penyediaan fasilitas untuk menyambut 'new normal', seperti 16 unit wastafel, pembatasan jarak di setiap kandang satwa dan tempat duduk, fasilitas hand sanitizer, pengukuran suhu, dan lain-lain.
"Beberapa hal sudah kami persiapkan di pintu masuk seperti portir, security, dan juga penjaga loket yang menggunakan masker, sarung tangan dan juga face shield," kata Sulhan, juru bicara Bazoga.
Pengunjung, menurutnya, akan diminta menggunakan masker. Jika aturan ini tidak dituruti, mereka tidak diperkenankan masuk Bazoga.
Pada pembukaan ini, tiket tetap seharga Rp.40.000, namun ada beberapa fasilitas yang ditutup.
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, saat datang ke kebun binatang meminta foodcourt tidak dibuka untuk sementara guna menghindari penularan Covid 19 di area tersebut.
Lantas, Sulhan mengatakan Bazoga berencana menghilangkan sejumlah atraksi dan permainan agar mencegah penularan virus corona terhadap satwa, seperti foto dengan ular dan burung, termasuk meniadakan gajah tunggang dan kuda tunggang.
Kebun binatang Bandung adalah destinasi wisata terkini populer yang diperbolehkan buka di Jawa Barat setelah Lembang Park and Zoo di Kabupaten Bandung Barat, Taman Safari di Bogor, dan Taman Hewan Cikembulan di Garut.