"Kalau kita istilahnya, yang mana yang perlu diselamatkan dulu yah, satwa kita, satwa asli Indonesia. Istilahnya critical endangered, satwa yang sangat penting. Di alam juga kan tinggal hitungan tahun bisa punah," katanya.
Namun, Sulhan berharap tidak ada satwa koleksi Bazoga yang mati karena rawan pakan.
"Jangan mati gara-gara pakan karena bakal jadi perhatian dunia. Sudah konvensi dunia harus menyelamatkan satwa endemik masing-masing," ujar dia.
Donasi dan skema pemasaranKesulitan yang dialami Bandung Zoological Garden turut dirasakan kebun binatang lainnya.
Baca Juga: Kebun Binatang Bandung Kembali Dibuka
Berdasarkan survei internal perhimpunan kebun binatang se-Indonesia (PKBSI) April lalu, sebanyak 92,11% kebun binatang di Indonesia hanya mampu menyediakan pakan kurang dari satu bulan karena dampak.
Di Solo, Jawa Tengah, penutupan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) sejak 16 Maret lalu praktis menyebabkan tidak ada pemasukan dari penjualan tiket. Hal ini berdampak langsung pada kemampuan pengelola TSTJ untuk menyediakan pakan bagi satwa-satwa mereka.
Direktur Utama TSTJ Solo, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso, mengatakan keuangan yang dimiliki pihak pengelola diperkirakan hanya sampai tiga bulan ke depan. Padahal untuk memenuhi biaya kebutuhan pakan setiap bulannya mencapai Rp120 juta.
Dari jumlah tersebut, Pemkot Solo hanya membantu senilai Rp100 juta per bulan sehingga masih terdapat kekurangan senilai Rp20 juta.
"Bantuan itu hanya selama Mei, Juni dan Juli saja. Jadi masih kurang Rp20 juta. Terus kita kumpulkan teman-teman pecinta satwa untuk membuat donasi pakan," terang Bimo kepada wartawan Fajar Sodiq, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Baca Juga: Sudah Buka Kembali, Intip Serunya Suasana di Kebun Binatang Ragunan
Setelah gagasan program donasi pakan itu disampaikan kepada publik, berbagai pihak menyambut baik. Bantuan-bantuan untuk pemenuhan kebutuhan pakan satwa TSJTJ mulai berdatangan, tak hanya dalam bentuk pakan, tapi juga dalam wujud donasi uang.