Suara.com - Seorang guru di Malaysia mencatatkan rekor dunia dengan mengajar selama 88 jam tanpa berhenti.
Menyadur World Of Buzz, Dr Elanthevan, seorang guru bahasa Melayu berusia 57 tahun, mencatatkan namanya di Guinness Book of World Records setelah mengajar selama 88 jam tanpa henti.
Pada tahun 2005, Dr Elanthevan Annamalai dari Kluang pertama kali menjadi berita utama setelah mengajar selama empat hari dengan total 88 jam tanpa henti.
Prestasi luar biasa tersebut memberinya tempat di Guinness World Book of Records. Sebelumnya, ia juga tercatat di Book Of Records Malaysia karena menjadi guru pertama yang mengajar selama 24 jam tanpa henti.
Baca Juga: Isu Cerai Laudya Cynthia Bella dan Engku Emran Juga Heboh di Malaysia
Ia mengatakan dokternya menasihati agar tidak mencoba aksi gila seperti itu karena dapat menimbulkan tekanan darah tinggi, tetapi Dr Elanthevan tetap teguh untuk melakukannya. "Saya bertekad untuk menunjukkan cinta saya untuk mengajar." kata Dr Elanthevan kepada World Of Buzz.
"Saya sudah menjadi guru Melayu selama sekitar 37 tahun dan saya ingin semua orang menyadari betapa indahnya bahasa Melayu dan membuktikan bahwa orang Malaysia berbakat dan berdedikasi cukup untuk mencatatkan dirinya di Malaysia Book of Records dan Guiness World Records," kata Dr Elanthevan.
Terlepas dari prestasinya, ia mengungkapkan tujuan terbesarnya sebagai guru adalah sebagai motivasi bagi siswa-siswanya agar terus berusaha.
"Tujuan saya mengajar adalah untuk memotivasi siswa saya melakukan yang terbaik, untuk melakukan lebih baik daripada yang saya katakan, dan mencapai hal-hal yang lebih sukses dalam hidup," ujarnya.
Akibat pandemi Covid-19, Dr Elanthevan harus beradaptasi dengan pembelajaran online. Selain memimpin kelas di Google Meet, ia juga memiliki saluran YouTube sendiri bernama Dr Elanthevan Annamalai.
Baca Juga: Ekonomi Sulit, Malaysia Tak Lagi Sanggup Terima Pengungsi Rohingya
Dia memposting video pada pukul 5 sore setiap hari sejak akhir Mei untuk mendidik orang lain tentang tata bahasa Melayu dan penulisan esai.