Pemerintah Swedia bersikeras kebijakan new normal yang diterapkan sudah berjalan sesuai rencana, kendati memang angka kematian yang melonjak di luar perkiraan.
Melakukan lockdown disebut pemerintah Swedia hanya akan berefek negatif, terutama apabila dilakukan dalam jangka panjang. Tingkat pengangguran dan gangguan mental dinilai akan meningkat.
"Seolah-olah dunia menjadi gila dan semua yang kita diskusikan dilupakan," Anders Tegnell, kepala ahli epidemiologi dan penentu kebijakan penanganan Covid-19 di Swedia.
Menyadur Worldometers.info, Swedia hingga Jumat (26/6/2020) telah mencatatkan 63.890 kasus infeksi Covid-19, di mana angka kematian menembus 5.230 jiwa.
Baca Juga: Ketahui Gejala Fisik Pada Anak yang Alergi Susu Sapi
Tingkat rata-rata kematian di Swedia jauh melampaui negara-negara tetangganya yakni 511 kematian per juta penduduk. Berkali-kali lipat dari Denmark (104), Finlandia (59) dan Norwegia (47), yang semuanya memberlakukan pembatasan sosial ketat.
Kondisi iu membuat banyak negara Eropa yang mulai menutup akses pariwisata bagi warga Swedia hingga 30 Juni mendatang. Negara-negara tetangga juga telah mengeluarkan Swedia dari travel bubble kawasn Nordik.
Tegnell mengakui tingkat kematian di Swedia, khususnya bulan ini terlampau tinggi. Dia menyebut tengah mempertimbangkan untuk mengadopsi penanganan Covid-19 negara-negara lain kendati bersikeras bawha strategi saat ini masih berada di jalur yang tepat.
“Kasus (kematian Covid-19) menjadi terlalu banyak, dan tekanan politik menjadi terlalu besar. Dan kemudian (penanganan Covid-19) Swedia berdiri agak sendirian di sana," tandas Tegnell.