Terlalu Sering Nyapres, Ketua PA 212 Tak Ingin Prabowo Nyalon lagi di 2024

Jum'at, 26 Juni 2020 | 13:01 WIB
Terlalu Sering Nyapres, Ketua PA 212 Tak Ingin Prabowo Nyalon lagi di 2024
Prabowo Subianto (YouTube/Gerindra TV)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Persaudaraan Alumni 212 atau PA 212, Slamet Maarif mengatakan agar Prabowo Subianto tak lagi mencalonkan diri dalam Pilpres 2024 nanti. Ia menganggap tak etis jika Prabowo terlalu sering masuk dalam kontestasi politik tersebut.

Pernyataan itu ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam tayangan di kanal YouTube Refly Harun yang diunggah pada Jumat (26/6/2020).

Refly menanyakan mengapa PA 212 yang pada Pilpres 2019 lalu mendukung Prabowo itu tak ingin lagi Prabowo menjadi capres.

"Padahal kalau dilihat dari survei Indobarometer misalnya, itu peluang masih tinggi," kata Refly kepada Slamet Maarif.

Baca Juga: Menhan Prabowo Subianto Kunjungan, Sepatunya Bikin Salah Fokus

Slamet mengaku bahwa dirinya menginginkan agar Prabowo tak lagi mencalonkan diri dalam Pilpres 2024 agar ada regenerasi kader dari Partai Gerindra.

"Sebaiknya Pak Prabowo jadi negarawan saja. Justru ini membuktikan bahwa Gerindra punya kaderisasi, regenerasi yang cakep yang bagus tidak kehabisan kader artinya memberikan peluang kepda generasi muda," kata Slamet Maarif.

Slamet juga ingin agar generasi muda mau berani memimpin Indonesia lewat Pilpres 2024 nanti.

"Pertimbangan kedua kalau melihat 2024 Indonesia kemungkinan besar begitu rumit begitu banyak persoalan dibutuhkan pemimpin yang memang enerjik yang muda. kami menganggap 2024 saatnya yang muda yang memimpin," lanjut Slamet.

Selain itu, Slamet Maarif juga beranggapan bahwa tidak etis jika Prabowo terus-terusan mencalonkan diri sebagai calon Presiden 2024.

Baca Juga: Momen Prabowo Subianto Kerjai Anak Buahnya yang Tertidur saat Bertugas

"Kan Pak Prabowo udah 2 kali mencalonkan diri jadi presiden, 1 kali jadi wapres. Kalau presiden yang terpilih saja hanya dua kali, nah maka kalo capres lebih dari dua kali secara etika jadi timbul tanda tanya," ujar Slamet Maarif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI