Menyerah Lawan Corona, Peru Hapus Lockdown Meski Ada Lonjakan Kasus

Kamis, 25 Juni 2020 | 17:12 WIB
Menyerah Lawan Corona, Peru Hapus Lockdown Meski Ada Lonjakan Kasus
Ilustrasi Lockdown. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Peru memutuskan untuk tetap membuka banyak pusat perbelanjaan di tengah melonjaknya kasus infeksi virus Corona. Mereka mengabaikan peringatan ilmiah demi menyelamatkan perekonomian yang runtuh.

Menyadur AP News, pemerintah Peru selama tiga bulan terakhir telang mengikuti saran internasional untuk memerangi Covid-19dengan menerapkan pembaasan sosial.

Namun, alih-alih kurva infeksi virus Corona menurun, Peru kekinian jadi negara ketujuh dengan jumlah kasus tertinggi walaupun hanya memiliki populasi sekitar 32 juta jiwa.

Pembatasan sosial yang melenceng dari hasil justru membuat masalah baru di mana Peru kini terancam mengalami salah satu resesi ekonomi paling parah.

Baca Juga: Dalam 3 Bulan, Puluhan Pesepeda Terlibat Kecelakaan di Jalan Raya

Studi dari salah satu universitas mengatakan tingkat pengangguran di Peru berkisar 13 persen, di mana pada akhir tahun 2020, negara tersebut diperkirakan bakal kehilangan 4,2 juta pekerjaan.

Ribuan dapur umum yang dikelola masyarakat bermunculan, menyediakan makanan murah bagi tetangga karena mereka tidak lagi mampu memberi makan sendiri.

"Sulit, dan sedih, ketika Anda punya anak dan tidak ada makanan," Yeni Anco (46), seorang ibu rumah tangga, dikutip AP News, Kamis (25/6/2020).

Sebagai permulaan pelonggaran pembatasan sosial, Peru mulai membuka sektor ekonomi seperti mal dan toko-toko. Pada 30 Juni mendatang, semua langkah sosal untuk memutus penyebaran virus akan benar-benar dihapus.

Para ahli memperkirakan kasus infeksi di Peru akan semakin melonjak dengan pelonggaran pembatasan sosial tersebut. Saat ini saja, sekitar empat ribu kasus infeksi baru muncul setiap harinya.

Baca Juga: Google Akan Hapus Riwayat Pengguna Secara Otomatis setelah 18 Bulan

"Di luar mal tidak ada kontrol dan banyak orang berkumpul, sangat ingin berbelanja," kata ahli epidemiologi Juan Astuvilca, dekan Fakultas Kedokteran Lima.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI