Kekayaan Berlipat Ganda, CEO Canva Jadi Wanita Terkaya ke-3 di Australia

Kamis, 25 Juni 2020 | 17:12 WIB
Kekayaan Berlipat Ganda, CEO Canva Jadi Wanita Terkaya ke-3 di Australia
Melanie Perkins. (Facebook/Melanie Perkins)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ceo Canva, Melanie Perkins berhasil melipatgandakan kekayaannya dalam waktu singkat karena pengguna tools desain grafis besutannya melonjak selama pandemi virus corona.

Menyadur Daily Mail pada Kamis (25/06/2020), wanita keturunan Australia-Filipina ini mendirikan Canva bersama tunangannya pada tahun 2014.

Dengan susah payah mereka membesarkan perusahaan ini dan berhasil mengumpulkan kekayaan hingga USD 1,3 miliar atau setara Rp 18,5 triliun pada bulan Maret 2020.

Semenjak pandemi virus corona, perangkat lunak yang mereka kembangkan banyak diakses dan dalam sekejap kekayaannya berlipat ganda jadi USD 2,5 miliar atau setara Rp 35,6 triliun. Angka ini membawa Perkins jadi wanita terkaya ke-3 di Australia.

Baca Juga: CEO Rappler Maria Ressa Dinyatakan Bersalah Atas Pencemaran Nama Baik

Wanita terkaya di Australia dipimpin oleh Gina Rinehart, pemilik Hancock Prospecting dengan kekayaan USD 16,25 miliar yang setara Rp 231 triliun.

Sementara itu, wanita terkaya nomor dua di Australia dipegang oleh Vicky Teoh, pendiri perusahaan telekomunikasi TPG Telcom yang kekayaannya selisih tipis dibandingkan Melanie yaitu USD 2,6 miliar atau setara Rp 37 triliun.

Melanie Perkins bersama tim Canva. (Facebook/Melanie Perkins)
Melanie Perkins bersama tim Canva. (Facebook/Melanie Perkins)

Canva sekarang bernilai $ 8,77 miliar atau Rp 125 triliun setelah mengumpulkan sekitar $ 87 juta atau Rp 1,2 triliun dalam putaran investor terbaru dari pemegang saham yang ada, termasuk Australia Blackbird Ventures dan Sequoia Capital, dari China.

Perkins mengatakan, dirinya sudah lama memimpikan bisnis desain grafis dan kini semuanya jadi nyata. Ia jatuh cinta pada dunia ini dan keterampilannya berkembang pesat dibandingkan teman-temannya.

Ide membuat tools sederhana untuk mendesain datang saat ia diundang untuk mengajar desain grafis pada siswa fakultas lain. Ia menyadari perangkat lunak yang selama ini sering digunakan sangat rumit.

Baca Juga: LIB Pilih Dirut Baru, CEO PSIS: Ingat Ini Amanah Klub, Jangan Main-main

"Itu benar-benar kompleks dan sulit dan akan memakan waktu satu semester hanya untuk mempelajari di mana tombol berada pada perangkat lunak," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI