Suara.com - Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan pihaknya turut menemukan senjata api dalam kondisi berkarat saat menangkap John Kei dan anak buahnya di Bekasi, Jawa Barat, pada Minggu (21/6/2020) lalu. Namun, senjata tersebut bukan yang digunakan anak buah John Kei melakukan penyerang ke kediaman Nus Kei di Cluster Australia, Green Lake, Tanggerang.
"Senjata api yang kita temukan, senjata api itu dalam kondisi berkarat," kata Yusri di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (24/6/2020).
Kendati begitu, Yusri menyebut dari hasil pemeriksaan senpi tersebut bukan lah yang digunakan oleh para pelaku saat melakukan penyerangan.
Menurut Yusri hingga saat ini pihaknya masih mencari senpi tersebut yang diduga dibawa oleh salah satu dari tiga anak buah John Kei yang masih buron.
Baca Juga: Komisi I Dukung Diplomasi RI untuk Pastikan Akses Vaksin Covid-19
"Berdasarkan keterangan saksi memang bukan senjata api itu yang digunakan saat di Green Lake, tapi ada senjata api lain," ungkap Yusri.
Seperti diketahui, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya menangkap John Kei dan 29 anak buahnya terkait kasus penyerangan dan penganiayaan terhadap kelompok Nus Kei di perumahan Green Lake City, Kota Tangerang dan Duri Kosambi, Jakarta Barat.
Mereka diamankan di markas John Kei, yang berada di Jalan Tytyan Indah Utama X, Bekasi, Jawa Barat, pada Minggu (21/6) malam.
Saat melakukan penyerangan di perumahan Green Lake City, anak buah John Kei sempat melepaskan tembakan sebanyak 7 kali di sekitar rumah Nus Kei. Akibatnya, satu pengemudi ojek online bernama Andreansyah mengalami luka tembak pada bagian jempol kakinya.
Selain melakukan penyerangan di Green Lake, Tenggerang, di hari yang sama anak buah John Kei juga melakukan penyerangan terhadap kerabat Nus Kei bernama Yustus Corwing Rahakbau Kei (46) di Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat. Pria tersebut pun akhirnya tewas usai dilindas dan dibacok.
Baca Juga: Ingatkan Protokol kesehatan, Jokowi: Ancaman Covid-19 Belum Berakhir
Belakangan diketahui, kasus tersebut dipicu atas motif kekecewaan John Kei yang merasa dikhianati oleh Nus Kei terkait pembagian hasil penjualan tanah di Ambon.