Suara.com - Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim turun langsung memantau jalannya penerimaan peserta didik baru (PPDB) di sejumlah daerah yang kisruh.
Huda mengemukakan, seharusnya Kemendikbud bersama dinas pendidikan dapat melakukan sosialiasi lebih awal untuk meminimalikan terjadinya gelombang protes dari orang tua murid.
Terlebih, situasi pandemi Covid-19 saat ini membuat seluruh tahapan proses PPDB dilakukan secara online. Sehingga harus ada sosialisasi dan pemahaman yang harus diberikan kepada para orang tua murid.
“Karena pandemi Covid-19 semua PPDB dilakukan secara online. Kondisi ini bisa jadi memicu kecurigaan para orang tua siswa Ketika mereka tidak diberikan pemahaman mengenai aturan main penerimaan peserta didik baru secara komprehensif,” kata Huda kepada wartawan, Rabu (24/6/2020).
Baca Juga: Kecewa Sistem PPDB Online, Puluhan Orang Tua Geruduk Disdik Jabar
Huda juga meminta, Nadiem dapat memastikan dan menjamin transparansi dalam proses PPDB yang dilakukan melalui dinas pendidikan di setiap kota dan kabupaten.
"PPDB ini seperti penyakit kronis yang selalu kambuh di setiap awal tahun ajaran baru. Perlu perumusan kebijakan PPDB yang lebih komprehensif mulai dari proses sosialisasi, pelaksanaan, pengawasan, hingga evaluasi sehingga orang tua siswa merasa ada jaminan fairness dan transparan," katanya.
Diketahui, puluhan orang tua siswa yang tergabung dalam Ketua Forum Masyarakat Peduli Pendidikan (FMPP) mendatangi Kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat (Jabar) di Jalan Rajiman, Kota Bandung, Selasa (23/6/2020) karena kecewa dengan sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) Tahun 2020 yang dilakukan secara daring.
"Kami meminta Disdik Jabar untuk bertanggung jawab terkait permasalahan PPDB yang banyak merugikan masyarakat. Seperti tidak semua masyarakat mengerti IT, sementara PPDB dilakukan harus online Pengumuman PPDB pun tidak transparan," kata Perwakilan Ketua Forum Masyarakat Peduli Pendidikan (FMPP) Illa Setiawati sebagaimana dilansir Antara.
Dia mengatakan titik koordinat juga menjadi masalah dan banyak orang tua yang mengeluh karena titik koordinatnya salah, tidak sesuai dengan kenyataan tempat tinggalnya.
Baca Juga: Jaringan Internet Buruk, PPDB Jabar di Cianjur Digelar Tatap Muka
"Pengumuman PPDB tidak transparan dan hal ini banyak dikeluhkan orang tua. Karena mereka juga tidak tahu mengapa anaknya tergeser, kan itu tidak dibuka, enggak dijelaskan. Sehingga dengan sistem itu ketika siswa tidak diterima namanya langsung hilang. Tidak ada rekapitulasinya pula," kata Illa.