Suara.com - Ketika Eropa berbondong-bondong membuka negaranya untuk menyambut musim panas di tengah pandemi, Norwegia justru melakukan hal sebaliknya. Ia tetap ngotot mengunci negaranya untuk mencegah virus corona gelombang kedua.
Menyadur CNA pada Selasa (23/06/2020) pemerintah Norwegia hanya melonggarkan beberapa perjalanan perjalanan seperti tujuan Denmark, Finlandia dan Islandia pada 15 Juni.
Menteri Kehakiman Monica Maeland yang bertugas menangani virus di Norwegia menekankan pentingnya 'pengorbanan' untuk menekan kemungkinan impor ulang virus yang berpotensi fatal.
"Banyak orang sedih dan frustrasi. Kami melakukan ini bukan untuk mengganggu orang,tapi karena ingin menjaga situasi di bawah kendali," jelasnya.
Baca Juga: Investigasi Temukan Salmon Norwegia Bukan Penyebab Covid-19 di Beijing
Selama ini Norwegia dipuji oleh banyak kalangan karena berhasil menekan penyebaran Covid-19, yang menewaskan hanya 248 orang di negara berpenduduk 5,4 juta.
Sayangnya, ketatnya kebijakan Norwegia dirasakan sebagai bumerang oleh warganya sendiri. Banyak diantara mereka yang kesulitan karena negaranya tak kunjung melakukan pelonggaran.
"Ini mimpi buruk," kata Wintermark, seorang penata rambut berusia 59 tahun. Ia tak bisa menemui ibunya di Bordeaux, Prancis yang sedang kritis karena pendarahan internal dan hanya memiliki peluang hidup satu minggu.
"Jika Norwegia tidak memiliki batasan ketat ini, saya akan segera pergi," katanya. "Tetapi tidak mungkin melakukan perjalanan singkat ke Prancis karena saya tidak bisa masuk karantina 10 hari setiap saat."
"Saya yakin saya tidak akan pernah melihatnya hidup-hidup lagi," sesal Wintermark.
Baca Juga: Norwegia Bantah Ikan Salmonnya sebagai Sumber Covid-19 baru di Beijing
Sedihnya, ia tak hanya berjibaku dengan kesehatan ibunya tapi juga menunda pernikahan putranya yang rencananya digelar 20 Juli mendatang.
"Undangan sudah dikirim, sebagian besar orang yang datang dari Norwegia sudah memesan hotel dan tiket tapi dan mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan penggantian."
Ia sendiri sedang berjuang untuk mendapatkan kembali uang yang sudah dibayar penuh dari katering lokal, yang tidak peduli tentang situasi di Norwegia.