Kemenkes Sebut Pasien Covid-19 Berisiko Terinfeksi DBD, Ini Penyebabnya

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Senin, 22 Juni 2020 | 13:28 WIB
Kemenkes Sebut Pasien Covid-19 Berisiko Terinfeksi DBD, Ini Penyebabnya
Ilustrasi pasien DBD di RSUD Pasar Minggu, Jakarta, Minggu (3/2). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut pasien Covid-19 juga berisiko terinfeksi Demam Berdarah Dengue (DBD). Ini dikarenakan DBD merupakan penyakit yang belum ada obatnya.

"Karena pada prinsipnya sama, DBD adalah penyakit yang sampai sekarang belum ada obatnya dan vaksinnya belum terlalu efektif," kata Siti saat diskusi daring dengan tema "Ancaman Demam Berdarah di Masa Pandemi" di Graha BNPB Jakarta, Senin (22/6/2020).

Berdasarkan data Kemenkes, ujar dia, daerah dengan angka COVID-19 yang tinggi juga ditandai jumlah kasus demam berdarah yang tinggi pula. Sehingga upaya mencegah virus dengue ialah menghindari gigitan nyamuk tersebut melalui perilaku hidup bersih dan sehat.

Dari 460 kabupaten dan kota yang melaporkan adanya kasus DBD, sebanyak 439 di antaranya juga melaporkan adanya kasus COVID-19 di daerah itu, kata dia.

Baca Juga: CEK FAKTA: Viral Dokter Telanjang karena Stres Suami Kena Corona, Benarkah?

"Fenomena ini yang terjadi artinya memungkinkan seseorang kalau dia terinfeksi COVID-19 dia juga dapat berisiko untuk terinfeksi demam berdarah," katanya.

Pada situasi pandemi COVID-19 terdapat tiga kendala Kemenkes dalam upaya memberantas sarang nyamuk. Pertama, kegiatan juru pemantau jentik tidak bisa optimal sebab adanya kebijakan menjaga jarak fisik.

Kedua, bangunan-bangunan di antaranya sekolah, perkantoran, hotel, rumah ibadah dan fasilitas umum lainnya selama beberapa bulan terakhir banyak yang kosong sehingga berpotensi menjadi tempat nyamuk berkembang biak.

"Dan ketiga karena masyarakat banyak berada di rumah sehingga perlu kita melakukan pemberantasan sarang nyamuk," ujarnya.

Sementara itu, ahli Infeksi dan Pediatri Tropik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) dr Mulya Rahma Karyanti mengatakan masih tingginya kasus DBD di Tanah Air hingga mencapai 68 ribu kasus tidak memengaruhi layanan kesehatan di rumah sakit meskipun dalam waktu bersamaan pasien COVID-19 juga banyak.

Baca Juga: Aktivitas John Kei Setelah Bebas, Banyak Berjemur saat Wabah Corona

"Pelayanan tidak ada terganggu karena akan disaring di triase rumah sakit yang memilah mana pasien COVID-19 atau DBD," ujar dia.

Ia menjelaskan gejala-gejala pasien DBD di antaranya demam tinggi mendadak, mimisan, nyeri kepala, muntah-muntah hingga pendarahan yang tidak ditemui pada pasien COVID-19.

Selain itu, aedes aegypti atau nyamuk penyebab demam berdarah biasanya menggigit pada pukul 10.00 hingga 12.00 WIB dan 16.00 hingga 17.00 WIB. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI