Baca soal Corona Anda Langsung Demam dan Sesak Napas? Ini Kata Dokter

Reza Gunadha Suara.Com
Minggu, 21 Juni 2020 | 15:13 WIB
Baca soal Corona Anda Langsung Demam dan Sesak Napas? Ini Kata Dokter
Dokter dari Divisi Psikosomatik dan Paliatif Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Rudi Putranto, Sp.PD(K)-Psi. [YouTube]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dokter konsulen psikosomatik mengungkapkan cara untuk mengetahui gejala palsu covid-19, atau hanya merupakan psikosomatik karena kecemasan berlebih terhadap virus corona jenis baru itu.

Dokter dari Divisi Psikosomatik dan Paliatif Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Rudi Putranto SpPD(K)-Psi  menyebutkan, gejala mirip covid-19 yang berasal dari kecemasan seseorang, bisa hilang dengan sendirinya jika orang tersebut menenangkan diri dan merelaksasi tubuh.

Hal itu ia ungkapkan dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta yang dipantau melalui kanal YouTube, Minggu (21/6/2020),

"Bagaimana cara kita membedakan, kalau ini reaksi tubuh dan kita dapat menyadari itu, istirahat sebentar dan relaksasi maka reaksi tersebut bisa hilang," kata Rudi.

Baca Juga: Waspada, Kecemasan dan Tekanan Darah Tinggi Saling Berhubungan

Rudi menyebut bahwa gejala psikosomatis adalah perubahan psikologis seseorang yang akan mempengaruhi kondisi fisik bila tubuh tidak bisa beradaptasi.

Gangguan psikosomatik ini bisa terjadi pada orang yang sehat kemudian menjadi merasakan seperti sakit, atau orang yang sakit ringan.

Tidak hanya orang sehat, menurut dia, setiap individu yang sudah memiliki gangguan kesehatan bawaan seperti hipertensi dan diabetes pun bisa mengalami gejala psikosomatik dan mempengaruhi kesehatannya.

"Psikosomatik bisa memicu penyakit yang sudah ada, bagi yang memiliki darah tinggi bisa menjadi tidak terkontrol, yang memiliki diabetes gula darahnya bisa tidak terkontrol," kata dia.

Gangguan psikosomatik akibat COVID-19 bisa terjadi apabila seseorang terlalu banyak menerima informasi negatif dan menjadi cemas berlebihan.

Baca Juga: Gangguan Kecemasan Gelombang ke-2 dan Pandemi Covid-19 di AS

Rudi menyebut bahwa otak manusia lebih mudah menerima dan menyimpan hal-hal negatif ketimbang hal-hal positif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI