Suara.com - Sebuah pesta remaja laki-laki di Australia berujung petaka ketika salah satunya tewas akibat serangan jantung usai melakukan tantangan menghirup deodoran.
Bradley, meninggal dunia setelah menghirup deodoran dalam bentuk spray. Ternyata, remaja berusia 16 tahun ini memiliki alergi.
Menyadur News.com.au, Minggu (21/6), Bradley disebutkan mengidap gangguan alergi terhadap bahan-bahan kimia. Hal tersebutlah yang kemudian memicu remaja ini terkena serangan jantung.
Ibu Bradley, Corinne Mair mengatakan anaknya tidak mengetahui bahaya yang mengintai dibalik permainan yang ia lakukan. Pun, ia menyalahkan pihak Rexona atas apa yang menimpa putranya.
Baca Juga: Rawan Begal, Polisi Imbau Pesepeda Tak Beraktivitas di Malam Hari
"Secara harfiah baginya, itu adalah dia dan teman-temannya membuat keputusan konyol dan mengorbankan nyawanya.
Menurut Mair, anak dan teman-temannya saat itu tengah mencoba tantangan yang belakangan marak di media sosial yakni menghirup isi kaleng deodoran Rexona.
"Saya menyalahkan Rexona atas kematian putra saya. Maksudku, saya tahun putraku berperan dalam apa yang terjadi malam itu, tetapi aku meminta Rexona untuk bertanggung jawab atas kematian putraku," katanya.
Kematian Bradley menambah daftar remaja Australia yang meninggal karena menghirup deodoran.
Akhir tahun lalu, juru bicara Unilever, perusahaan yang memproduksi Rexona, mengatakan setidaknya ada lima kematia yang dilaporkan terkait penyalahgunaan deodoran.
Baca Juga: Lansia Ngotot Ikut CFD Jakarta: Saya Masih Kuat Lari 20 Km
"Kami mengetahui ada empat (kematian) di Queensland dan satu di New South Wales. Sejauh polisi dan kelompok masyarakat pergi, kami telah berusaha untuk terlobat, memahami masalah ini dan mendukung mereka dengan lebih baik," kata jubir tesebut pada September 2019 lalu.
Sersan Senior Kepolisian Queensland Stewart Reid mengatakan adanya tren penyalahgunaan deodoran kaleng yang berkembang di lingkungan remaja.
"Jika anda pergi sekitar pantai pada malam hari, anda akan menemukan anak-anak dengan kaleng aerosol yang mungkin tidak digunakan untuk kebersihan pribadi," ujar Reid.
"Ada tren yang mengganggu anak-anak muda, sekitar usia 12 atau 13 tahun khususnya, yang ditemukan melakukan penyalahgunaan deodoran bersam remaja berusia 15 atau 16 tahun. Ini adalah perilaku berisiko yang dapat menyebabkan beragam masalah kesehatan," imbuhnya.