Suara.com - Kisah hidup Gus Dur selalu diwarnai kisah jenaka. Tak main-main, kejenakaannya yang penuh satir itu kerap melibatkan orang-orang ternama. Beberapa pemimpin dunia yang pernah bercanda tawa dengannya seperti Bill Clinton, raja Arab, sampai tokoh revolusi sekaligus presiden Kuba yakni Fidel Castro.
Gegara humor Gus Dur tersebut, Presiden RI ke-4 ini sampai disatroni Fidel Castro saat berkunjung ke Kuba. Orang nomor satu di Kuba tersebut menemui Gus Dur karena ingin mendengar guyonan yang sudah dikenal Fidel Castro menjadi ciri khas.
Kenangan Gus Dur disatroni Presiden Fidel Castro hingga kini masih teringat oleh sang istri Sinta Nuriyah Wahid. Ceritanya saat itu Presiden Fidel Castro rela mendatangi hotel tempat Gus Dur menginap.
Saat itu Presiden Fidel Castro tidak bisa menyambut kedatangan Gus Dur secara resmi karena sedang sibuk mempersiapkan diri memimpin Konferensi Gerakan Nonblok.
Baca Juga: Mantan Kapolri Lontarkan Humor Gus Dur, Alissa: Pak Polisi, Ada Teladan Nih
Ketika Gus Dur turun ke lobi hotel, tiba-tiba komandan Paspampres Gus Dur dihubungi oleh pengawal yang menjaga pintu kamar.
“Komandan mohon izin,” kata pengawal kamar Gus Dur dikutip dari Hops.id -- jaringan Suara.com, Kamis (18/6/2020).
“Iya?” jawab Komandan Paspampres.
“Ini ada rombongan orang yang tidak jelas dan tidak dikenal tiba-tiba masuk ngotot mau masuk kamarnya Presiden Gus Dur,” kata pengawal kamar.
Di depan kamar ini ada sedikit ribut-ribut, antara pengawal Gus Dur dan salah satu orang yang ingin masuk kamar Gus Dur.
Baca Juga: Mengenal Jenderal Hoegeng, Dipuji Gus Dur Sampai Jadi Humor 3 Polisi Jujur
Tanpa disadari kunjungan yang dilakukan Fidel Castro justru membuat siapapun yang mendengar pengalaman tersebut akan takjub oleh Gus Dur. Karena Fidel Castro mendatangi kamar Gus Dur hanya untuk mendengar celotehan Gus Dur.
Kesempatan itu dimanfaatkan dengan cerdik oleh Gus Dur sebagai momentum diplomasi untuk kepentingan Indonesia.
“Gus Dur sampai dikejar ke hotel karena (Fidel) ingin mendengar jokes-jokesnya Gus Dur. Dan disitulah dimasukan apa yang menjadi keinginan masing-masing negara,” tutur Shinta.
Kemampuan Gus Dur dalam membuat humor yang sangat kritis melalui kemasan yang berbeda, memang tak banyak dimiliki pemimpin negara. Bahkan Gus Dur bisa dikatakan sebagai salah satu pemimpin negara di dunia, yang memiliki humor dengan kritik membangun namun mampu membuat orang yang mendengarnya tertawa.
“Dimana-mana, Gus Dur dikenal sebagai orang yang humoris. Humornya luar biasa,” ujar Sinta.
Humor sang presiden bisa menjadi penyambung, pengikat hubungan antara satu negara dengan negara lain.”
Gus Dur yang dikenal memiliki kemampuan intelektual yang luar biasa dan terkesan santai membuat banyak cerita pengalaman kenegaraan yang dijalani Gus Dur saat menjadi Presiden RI, meninggalkan kenangan bagi saksi sejarah yang menyaksikannya.
Humor Gus Dur bikin rakyat Arab bisa melihat gigi sang Raja
Perjalanan kenegaraan Gus Dur juga membawa berkah bagi rakyat Arab Saudi. Dalam pertemuan antara Gus Dur dengan Raja Arab Saudi, Gus Dur sukses membuat sang Raja tertawa disaksikan oleh warga Arab Saudi.
Bahkan setelah bertemu Raja Arab, Gus Dur sempat ditanya, “Apa Yang Mulia katakana kepada raja kami hingga kami rakyat Arab sampai bisa melihat giginya sang raja?” sebagaimana dituturkan Sinta Nuriyah.
Peristiwa lain juga terjadi saat Gus Dur bertemu Presiden Amerika Serikat Bill Clinton yang saat itu hanya memiliki waktu 30 menit saja untuk bertemu Gus Dur. Namun saat tengah berbincang, suasana cair yang terjadi justru menghabiskan waktu hingga satu jam setengah, bahkan Clinton mengantarkan Gus Dur hingga ke pintu utama Gedung Putih.
Semua itu terjadi karena gaya guyonan Gus Dur yang dilontarkan kepada Presiden Bill Clinton.
Pidato hanya Gus Dur dan tuhan yang tahu
Cerita lain yang juga pernah terjadi, diungkap asisten pribadi Gus Dur, Priyo Sambadha yang juga menjabat sebagai deputi pers dan media kepresidenan. Dirinya mengaku selalu was-was saat Gus Dur akan melakukan pidato, mengingat Gus Dur selalu menyisipkan materi candaan dalam pidato kenegaraannya.
“Yang mengerti isi pidato Gus Dur itu hanya dua: Tuhan dan Gus Dur sendiri,” kata Priyo.
Menurut Priyo, selalu ada hal baru yang mencengangkan ketika Gus Dur berpidato. Yang menjadi perhatian bagi protokoler Istana saat itu adalah pidato seorang presiden dengan pidato seorang kiai itu gaungnya sangat berbeda di masyarakat. Apalagi Gus Dur punya kebiasaan unik setiap hari Jumat. Biasanya setelah salat Jumat Gus Dur selalu berkomunikasi dengan masyarakat. Bebas berbicara apa saja.
“Jadi kalau Gus Dur mau pidato itu kita deg-degan. Wah, sport jantung kita. Ini mau bicara apalagi,” ujar Priyo.
“Buat kami saat itu yang terbiasa sekian puluh tahun dengan Pak Harto, itu culture shock, sebuah kejutan budaya yang luar biasa buat kami para perangkat Istana.” imbuhnya.