Suara.com - Peneliti Jepang mengkonfirmasi keberadaan virus corona di tempat penampungan air limbah. Penelitian tersebut dikalim dapat berfungsi sebagai sinyal untuk wabah di masa depan.
Menyadur The Star pada Rabu (17/6/2020) sebuah studi menguji air dari empat pabrik pengolahan di prefektur Ishikawa dan Toyama di Jepang barat. Dari 27 sampel, 7 positif virus SARS-CoV2 atau Covid-19, menurut studi yang dilakukan oleh Universitas Prefektur Toyama, Universitas Kanazawa dan Universitas Kyoto.
Temuan ini mencerminkan studi serupa di Australia, Amerika Serikat, dan Eropa. Pakar kesehatan masyarakat mengatakan pengambilan sampel seperti itu dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah orang yang terinfeksi di suatu wilayah tanpa menguji setiap orang.
"Pengujian air limbah digunakan sebagai sistem peringatan dini untuk mengingatkan orang tentang (mungkin tanpa disadari) transmisi masyarakat yang sedang berlangsung," kata Yuki Furuse, seorang profesor Universitas Kyoto dikutip dari The Star.
Baca Juga: Demi Bikin Jok Satria Tipis, Ulah Pemotor Ini Bikin Insinyur Jepang Kesal
Jepang sedang melakukan modifikasi strategi pengujian Covid-19 untuk bersiap adanya kemungkinan gelombang kedua. Kementerian kesehatan melaporkan bahwa tes antibodi dari hampir 8.000 orang menunjukkan tingkat infeksi 0,1% di Tokyo, 0,17% di Osaka, dan 0,03% di pedesaan Prefektur Miyagi.
Kementerian kesehatan juga menyetujui penggunaan tes antigen untuk mengkonfirmasi kasus negatif daripada tes polymerise chain reaction (PCR).
Tes antigen diproduksi di Jepang oleh anak perusahaan Miraca Holdings Inc, dapat menunjukkan hasil dalam waktu 10-30 menit, dibandingkan dengan tes PCR yang bisa memakan waktu hingga 6 jam.