Catat! Ini Tips Dokter Spesialis Agar Aman Saat Berada di KRL

Rabu, 17 Juni 2020 | 12:05 WIB
Catat! Ini Tips Dokter Spesialis Agar Aman Saat Berada di KRL
Sejumlah penumpang berada di dalam gerbong Kereta Rel Listrik (KRL) di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Jumat (12/6). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penerapan new normal di transportasi Kereta Rel Listrik (KRL) resmi diberlakukan sejak Senin (8/6/2020) lalu. Guna mengantisipasi penyebaran virus corona dalam gerbong kereta, ada sejumlah protokol yang harus diperhatikan oleh para penumpang.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Junior Doctor Network, dr. Edward Faisal berpendapat, setiap penumpang wajib untuk mempersiapkan diri sebelum naik KRL. Hal yang paling simpel adalah persiapan Alat Pelindung Diri (APD).

Edward mencontohkan, topi bisa digunakan sebagai APD ketika seseorang sedang berada di dalam gerbong kereta. Dalam hal ini, topi bisa menjadi penghalang agar virus tidak menempel di kepala.

"Jadi, ini isu yang masih hot dan masih kita bahas. Kalau dari segi kesehatan, itu kita harus mempersiapkan APD. Jadi bisa pakai topi untuk menghalangi agar virus tidak kena kepala kita," ungkap Edward dalam diskusi bertajuk 'Rombongan Pengguna Kereta Mantul yang Santuy Antri dan Anti Kuman' yang dihelat di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Rabu (17/6/2020) pagi.

Baca Juga: Curhat Pengguna KRL Usai Penerapan New Normal di Kereta

Edward juga mengimbau agar para penumpang minimal menggunakan masker berbahan kain. Kata Edward, masker kain setidaknya bisa dipakai selama tiga sampai empat jam.

"Terus masker juga penting, masker kain aja. Itu bisa di pakai tiga sampai empat jam," katanya.

Lebih lanjut, Edward mengingatkan para penumpang untuk tetap memperhatikan jarak aman antar-individu. Di mana jarak aman bagi para penumpang adalah satu meter.

Tidak bisa dipungkiri, volume penumpang yang banyak kerap menghadirkan peristiwa berdesak-desakan. Apalagi jika ada penumpang yang kedapatan batuk, Edward menyebut jika droplet yang keluar --dan berisi virus-- jarak jatuhnya satu meter.

"Secara penelitian, jarak aman itu paling sedikit satu meter. Karena saat orang batuk, itu droplet jang keluar dan berisi virus itu jarak jatuhnya satu meter. Itu jarak yang sangat disarankan," beber Edward.

Baca Juga: Penumpang KRL Melonjak 2 Kali Lipat, Bekasi Siaga Penularan Corona

"Jadi kalau masih ada orang yang bermesra-mesraan walaupun sama pacar sendiri, itu harus dihindari karena itu bukan contoh. Selain itu ketika ada orang jang menyelak, itu berisiko buat dia. Kenapa? Bisa saja dari orang jang OTG itu bisa menularkan dan saat dia berdekatan itu bisa terhirup virus, itu yang berbahaya. Tapi saya harus ingatkan jangan menstigma bahwa semua orang itu OTG," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI