Suara.com - Perubahan iklim, pandemi virus Corona, hingga meningkatnya ketegangan politik global membuat dunia yang kita tempati tampak berada dalam kondisi muram.
Namun, tafsiran atau gagasan teoritis terbaru yang dikemukakan ilmuan bernama Paolo Tagaloguin, membuat kesan kita terhadap dunia semakin bertambah buruk.
Menyadur Sputniknews, Tagaloguin menyebut dunia akan kiamat pada 21 Juni 2020. Prediksi itu muncul setelah dirinya mengalkulasi ulang kalender suku Maya, yang dalam satu dekade terakhir sering digunakan untuk memprediksi hari akhir umat manusia.
"Mengikuti kalender Julian, kita secara teknis berada di tahun 2012. Jumlah hari yang hilang dalam satu tahun karena pergantian ke kalender Georgia adalah 11 hari," beber Tagaloguin menjelaskan, seperti dikutip Sputniknews, Rabu (17/6/2020).
Baca Juga: Cari Suami di Forum Barang Bekas, Syaratnya Bikin Warganet Minggir
"Selama 268 tahun menggunakan kalender Georgia (1752-2020), jumlah itu dikali 11 hari sama dengan 2.948 haru. 2.948 hari sama dengan delapan tahun."
Dalam cuitannya di Twitter, Tagaloguin merujuk prediksi kiamat sebelumnya yang akan jatuh tahun 2012--yang diketahui tidak terbukti.
Tagaloguin terkesan ingin mengatakan bahwa prediksi sebelumnya salah lantaran menggunakan kalender Georgia dalam perhitungannya. Apabila menggunakan kalender Julian, 2012 yang dimaksud adalah 21 Juni 2020.
Profesor arkeologi mesoamerika di University College London, Inggris, Elizabeth Graham, secara tak langsung menyanggah gagasan teoritis Paolo Tagaloguin.
Dia menyebut bahwa peradaban suku Maya tidak pernah meramalkan kiamat dalam bentuk apapun atau akhir dunia. Sebaliknya, kalender Maya menandai akhir dari siklus kalender 144.000 hari yang disebut "baktun".
Baca Juga: Terobsesi Bokong Kim Kardashian, Wanita Ini Rela Bayar Rp 800 Juta
"Suku Maya tidak dihitung dengan apa yang kita sebut 'tahun'. Mereka hanya menggunakan beberapa hari." jelas Graham kepada Newsweek.
"Jadi, mencari tahu persamaan dengan mengasumsikan suku Maya menghitung 'tahun' tidak akan berhasil."