Imbas Klaster Covid-19 Baru di Xinfandi, China Mulai Boikot Ikan Salmon

Selasa, 16 Juni 2020 | 20:27 WIB
Imbas Klaster Covid-19 Baru di Xinfandi, China Mulai Boikot Ikan Salmon
Ilustrasi fillet ikan salmon. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah China mulai menarik ikan salmon dari rak-rak supermarket hingga platform pengiriman grosir di sejumlah kota besar selepas munculnya klaster virus corona baru di pusat grosir Beijing, Xinfandi.

Menyadur New Straits Times, Selasa (16/6), para hali kesehatan China juga telah mengimbau masyarakat sementara ini tak mengonsumsi ikan laut yang kaya akan omega-3 tersebut.

"Kami belum mengetahui apakah manusia yang menularkan virus ke ikan salmon, atau ikan salmon yang tertular virus terlebih dulu," ujar Zeng Guang, ahli senior Komisi Kesehatan Nasional China.

Untuk itu, Guang mendesak supaya warga Beijing tidak makan salmon mentah atau membeli makanan laut impor untuk saat ini.

Baca Juga: Pemerintah Diminta Kembalikan Kepercayaan Masyarakat soal Produk Asuransi

Sementara ahli epidemiologi dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China Wu Zunyou, mengatakan virus corona dapat bertahan hidup di permukaan makanan beku hingga tiga bulan dan pihaknya mencurigai barang-barang yang terkontaminasi merupakan sumber wabah baru.

Boikot salmon terjadi setelah ketua pasar produk pertanian Xinfandi, di mana hampir 100 kasus baru infeksi Covid-19 terdeteksi, mengatakan bawah virus berasal dari papan pemotong atau talenan yang digunakan oleh penjual salmon impor.

Melonjaknya kasus baru di klaster pusat grosir Beijing ini berujung pada penutupan 20 kompleks perumahan dan sejumlah sekolah guna menekan sebaran virus corona.

Otoritas berwenang kini tengah melakukan pengujian terhadap pedagang, pengunjung, hingga warga yang pernah berkontak dengan orang yang berasal dari Xinfandi.

Langkah China melarang konsumsi salmon ini mengancam keberlangsungan bisnis impor salmon yang bernilai 700 juta dollar AS, berpotensi memberikan pukulan keras bagi eksportir besar seperti Denmark, Norwegia, dan Australia.

Baca Juga: Heroik! Cucu Beri Napas Buatan ke Neneknya yang Positif Corona

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI