Termasuk informasi yang menyebutkan orang Indonesia yang terpapar virus Covid-19 kekurangan vitamin D.
Wiku meragukan pernyataan penelitian itu. Harusnya ada ada bukti ilmiah yang ditampilkan bersamaan dengan informasi tersebut.
"Hari gini banyak sekali kan orang ngomong hoaks dan sebagainya dan akhirnya jadi hoaks. Masker aja pertama kan WHO bilangnya yang sehat enggak usah, yang sakit saja. Lho sekarang berubah lagi," kata Wiku.
Sikap WHO yang beberapa kali menarik pernyataannya itu membuat Gugus Tugas Covid-19 heran.
Baca Juga: Para Ilmuwan Meragukan Kelengkapan Penelitian WHO Soal Jarak Aman Fisik
"Makanya kita marahin juga, WHO ini gimana sih kok maju mundur. Kita ikuti gurunya, lho, ragu dia," ujar Wiku.
Sebelumnya, WHO meralat pernyataan orang tanpa gejala (OTG) tidak mendorong penyebaran virus corona Covid-19. Pernyataan itu disampaikan oleh Kepala unit penyakit dan zoonosis dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Maria Van Kerkhove, Senin (8/6/2020).
Pernyataan ini pun mengundang kontroversi lantaran berbanding terbalik dengan penelitian-penelitian yang sudah banyak dilakukan mengenai penyebaran virus corona dari orang tanpa gejala.
Hingga akhrirnya ia mengklarifikasi dan mengakui hasil dari sebuah studi pemodelan yang memperkirakan infeksi virus corona dapat ditularkan oleh orang tanpa gejala hingga 40%.
Ia mengatakan, komentarnya saat konferensi pers Senin itu didasarkan pada dua atau tiga studi yang menindaklanjuti kontak orang tanpa gejala, dan data yang tidak dipublikasikan yang dibagikan oleh negara atau pakar dengan organisasinya.
Baca Juga: Aman, WHO Imbau Ibu Positif Virus Corona Tetap Menyusui Bayi Mereka
"Saya menggunakan frasa 'sangat langka' dan saya pikir itu adalah kesalahpahaman untuk menyatakan transmisi asimptomatik secara global sangat jarang. Apa yang saya maksudkan adalah subset studi. Saya juga merujuk pada beberapa data yang tidak dipublikasikan," jelasnya, dikutip dari The Guardian.