Suara.com - Ribuan wanita di Swiss turun ke jalan untuk menuntut kesetaraan gender. Menyadur Sky News pada Senin (15/06/2020), ribuan wanita yang bergabung dalam Women's Strike itu ingin mendapat upah layak yang seimbang dengan pekerja pria.
Mereka menjerit selama 60 detik pada pukul 3.24 siang, untuk menandai waktu yang secara teknis dibaca sebagai 'bekerja tanpa bayaran' karena adanya perbedaan upah.
Selain teriak, ribuan wanita ini juga menahan kesunyian selama satu menit untuk menghormati wanita-wanita yang meninggal karena dibunuh oleh pasangannya.
Seorang peserta unjuk rasa bernama Roxxane Errico mengatakan, ibunya telah dibunuh oleh pasangannya dan ia berpartisipasi dengan aksi ini atas nama sang bunda.
Baca Juga: AMAN Minta DPR Muat Kesetaraan Gender pada RUU Masyarakat Adat
"Aku berteriak untuk semua anak lain yang kehilangan ibu atau ayah, dan aku juga berteriak untuk ibuku, yang akan berteriak jika dia masih di sini."
Seorang peserta lain yang berusia 70 tahun, Rose-Angela Gramoni mengaku tak pernah absen dalam aksi tahunan ini sejak unjuk rasa pertama di tahun 1991. Ia bahkan berkata ' bisa meninggal dengan tenang' setelah mengikuti aksi ini.
"Generasi berikutnya ada di sini untuk mengambil alih. Tetapi untuk sementara waktu, saya sangat sedih. Saya pikir kami telah berjuang untuk banyak hal, tetapi kami tidak menyelesaikan pekerjaan dan tidak ada orang di sini untuk menyelesaikannya."
Swiss sendiri merupakan negara maju dengan kualitas hidup yang tinggi. Namun jika dibandingkan dengan negara sekelasnya, ia cukup tertinggal dalam kesetaraan gender dan upah layak di kalangan pekerja wanita.
Data pemerintah menunjukkan upah pekerja wanita meningkat dalam 30 tahun terakhir namun tetap seperlima lebih rendah dari upah pekerja pria. Aktivis mengatakan banyak tuntutan mereka belum dipenuhi.
Baca Juga: Hari Perempuan Internasional, Miss Universe 2019 Dukung Kesetaraan Gender