"Yang kedua dikhawatirkan adanya kenaikan biaya kesehatan, kalau sampai terjadi episentrum-episentrum [Covid-19] baru di pusat-pusat perbelanjaan tradisional maupun modern, dan biaya kesehatan ini yang akan di-sharing [oleh masyarakat], pemerintah juga bebannya bertambah, khususnya [lewat program] BPJS," tambah Bhima.
Beberapa pedagang di pasar tidak memakai masker
Lain di mal, lain juga di pasar. Dari pantauan BBC News Indonesia pada Minggu (15/06), beberapa pedagang di lantai bagian pangan di Pasar Senen, salah satu pasar tradisional terbesar di Jakarta, tidak menggunakan masker wajah atau tidak menggunakannya dengan benar.
Tak seperti pedagangnya, hampir semua pengunjung memakai masker, bahkan beberapa mengenakan face shield atau penutup muka dan sarung tangan plastik. Satu pengunjung memakai kacamata medis atau medical goggle. Toko-toko nonpangan masih terlihat gelap, namun ada beberapa orang yang tengah mempersiapkan tokonya untuk buka kembali.
Baca Juga: Mirip di Film SpongeBob Squarepants, Botol Minuman Ini Jadi Sorotan
Jaga jarak di lantai pedagang pangan sulit dilakukan karena gerai antar pedagang yang berdekatan. Selain itu pengunjung juga masih bisa berjalan ke arah yang berlawanan dalam satu gang pasar yang sempit.
Guna memungkinkan social distancing, pengelola pasar berencana menerapkan aturan nomer ganjil genap untuk gerai-gerai pedagang, di mana gerai bernomor genap hanya dapat beroperasi di tanggal genap, dan sebaliknya untuk gerai bernomor ganjil. Lalu lintas pengunjung juga akan diatur di dalam gedung.
"Protokol Covid-19 kita advance sedikit yaitu tentang protokol ganjil genap toko atau kios yang kemudian kita tambahkan dengan face shield untuk pedagang, dan traffic consuments [lalu lintas konsumen] dalam pasar. Walaupun ini tantangannya agak unik, karena setiap pasar itu variatif bentuknya tapi kita coba upayakan dengan yang terbaik," kata Arief Nasrudin, direktur utama Perusahaan Umum Daerah Pasar Jaya.
Meski demikian, belum ada pedagang yang memakai face shield pada Minggu (15/06). Kebijakan ganjil genap juga belum ditetapkan, menurut Ahmad Hakiki, seorang pedagang daging sapi di Pasar Senen.
"Kalau di sini belum ada keputusan, musyawarah dengan Pemprov, Perumda, belum ada. Tapi kalau wacana dari Wagub sudah ada, tapi untuk di pasar, di Senen khususnya, belum ada," kata ayah dari tiga anak yang telah berjualan di Senen sejak tahun 1996 tersebut.
Baca Juga: Potret Bule Bikin Harga Diri Yamaha NMAX dan Honda PCX Jatuh, Ini Sebabnya
"Tapi kita harus pikirkan bagaimana dengan orang yang punya satu toko, kalau pemerintah menerapkan ganjil genap, ini bukan perjalanan dengan kendaraan. Ini masalahnya dengan kehidupan orang yang jualan di sini untuk mencari nafkah sehari-hari. Bilamana kita libur sehari, sehari masuk, itu jadi masalah. Karena pertanggungjawaban pemerintah itu tidak ada, ke pasar itu tidak ada," tambahnya. Ahmad sendiri memiliki dua kios yang berdekatan, sehingga bisa beroperasi di tanggal ganjil dan genap.