Khawatir Bawa Virus Covid-19, Ilmuwan Thailand Teliti Kelelawar Tapal Kuda

Minggu, 14 Juni 2020 | 09:48 WIB
Khawatir Bawa Virus Covid-19, Ilmuwan Thailand Teliti Kelelawar Tapal Kuda
Ilustrasi kelelawar. [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para peneliti di Thailand sedang melakukan studi pada kelelawar tapal kuda di tengah kekhawatiran menjadi ancaman bagi penduduk setempat di tengah pandemi Covid-19.

Menyadur Channel News Asia pada Sabtu (13/6/2020), mereka berencana mengumpulkan 300 kelelawar selama tiga hari dari sebuah gua di provinsi Chanthaburi. Kelelawar tersebut akan dibebaskan setelah tes.

Thailand memiliki 23 spesies kelelawar tapal kuda, tetapi belum ada penyelidikan sebelumnya di tengah merebaknya virus corona.

Sumber virus tetap menjadi bahan perdebatan setelah muncul di China akhir tahun lalu.

Baca Juga: Lakukan Penipuan, Pedagang Seafood di Thailand Dihukum 1.446 Tahun Penjara

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada bulan April mengatakan bahwa semua bukti yang ada menunjukkan bahwa Covid-19 berasal dari kelelawar di China, tetapi tidak jelas bagaimana virus itu melompat ke manusia.

Salah satu peneliti yang masuk ke Tim peneliti tersebut adalah Supaporn Wacharapluesadee, yang mengidentifikasi kasus Covid-19 pertama di negara itu pada Januari.

"Alasan kita perlu menyelidiki kelelawar tapal kuda adalah karena ada laporan dari China bahwa virus Covid-19 mirip dengan virus yang ditemukan di kelelawar tapal kuda," kata Supaporn dikutip dari Channel News Asia.

Thailand adalah negara pertama di luar China yang mencatatkan kasus virus tersebut. Sejauh ini dilaporkan 3.134 kasus dan 58 kematian.

Para peneliti dari Departemen Taman Nasional, Rumah Sakit Chulalongkorn dan Universitas Kasetsart memasuki gua pada Kamis malam dan muncul kembali pada dini hari Jumat dengan sampel darah kelelawar, air liur, dan kotoran.

Baca Juga: Potret Buaya Dikuliti dan Jadi Sate di Thailand, Lihatnya Malah Kasihan

Penyelidik khawatir bahwa penduduk desa di sekitar gua tersebut dapat berisiko terinfeksi.

Menurut Supaporn, warga sekitar memang dikenal suka makan kelelawar, dan menambahkan perlunya program pendidikan dan informasi yang memadai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI