Al Qaida ingin kembali aktif
Al Qaida dalam beberapa tahun terakhir telah dilangkahi oleh ISIS.
Dr Shiraz Maher, Direktur Pusat Studi Radikalisasi Internasional di King's College London, yakin Al Qaida masih aktif mencoba menunjukkan bahwa kelompok itu masih relevan di panggung dunia.
"[Protes Black Lives Matter] adalah momen besar saat ini... yang efeknya menyebar di dunia dan menjangkau sampai ke ranah kultural dan artistik, di luar ranah media dan politik. Al-Qaida ingin masuk ke ranah tersebut dan mereka mencoba mengatakan, 'lihat, kami di sini'," kata Dr Maher.
Baca Juga: Mahasiswa Indonesia di Jerman: Lawan Rasisme dan Penindasan di Papua
Ada ironi mendalam bahwa kelompok yang memegang salah satu ideologi paling opresif dan mematikan di Timur Tengah sekarang ingin merepresentasikan dirinya, ke warga AS yang tengah marah, sebagai kelompok anti brutalitas polisi dan rasisme sistemis.
Al Qaida adalah pelaku serangan teroris terburuk dalam sejarah AS pada September 2001, di mana saat itu mereka dipimpin oleh almarhum Osama Bin Laden.
Al Qaeda menerapkan aturan yang brutal ketika ia menguasai propinsi Falluja di Irak: mereka yang ketahuan merokok akan dipotong jarinya.
Sejak saat itu, Al Qaida menginspirasi kelompok teror di banyak negara, termasuk IS.
Meski beberapa individu melancarkan serangan teror, seperti yang dilakukan oleh seorang warga Arab Saudi, yang terinspirasi Al Qaida di Pensacola, Florida, pada Desember 2019, baik Al Qaida maupun ISIS hingga kini gagal membangun dukungan yang signifikan di antara warga AS.
Baca Juga: Ngaku Lawan Rasisme, Starbucks Larang Karyawan Pakai Atribut BLM
Ini berlawanan dengan Eropa, di mana terdapat beberapa kota yang menjadi sarang simpatisan kelompok itu sejak tahun 1990an.