Identitas dan Nama Orang Tua Dijadikan Ancaman untuk Mahasiswa Unila

Jum'at, 12 Juni 2020 | 16:21 WIB
Identitas dan Nama Orang Tua Dijadikan Ancaman untuk Mahasiswa Unila
Poster diskusi bertajuk "Diskriminasi Rasial terhadap Papua" #PapuanLivesMetter yang digelar UKPM Teknokra Universitas Lampung (Pers Mahasiswa). (Ist)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Lebih lanjut, ia mengungkapkan teror serupa juga dialami rekan-rekan mahasiswa lainnya terutama yang bernaung di pers mahasiswa Teknokra Unila dan juga narasumber diskusi. Mereka bahkan sampai mendapat order fiktik ojek online sebagai bentuk teror.

"Kalau itu (order fiktif) bukan saya yang mengalami mas. Tapi moderator redaksi dan salah satu narsum," ujarnya.

Diketahui, pengurus dan narasumber diskusi Deskriminasi Rasial terhadap Papua Lives Matter yang mendapatkan teror dan intimidasi dari orang misterius. Sedianya diskusi tersebut diselenggarakan oleh Pers Mahasiswa Teknokra, Universitas Lampung pada Kamis (11/6/2020)

Pemimpin Redaksi Teknokra Mitha Setiani Asih membeberkan, teror pertama kali dialami oleh Pemimpin Umum Teknokra Chairul Rahman Arif satu hari sebelum diskusi lewat telpon misterius saat sedang makan bersama Hendry Sihaloho (Ketua Aliansi Jurnalis Independen Bandarlampung) dan Dian Wahyu Kusuma (Sekretaris AJI Bandarlampung).

Baca Juga: Kronologi Teror Doxing dan Order Fiktif ke Pers Mahasiswa Teknokra Unila

"Chairul menerima 8 kali panggilan lewat gawainnya, penelpon mengaku alumni Unila," tulis Mitha dalam keterangannya, Kamis (11/6/2020).

Kedua, Chairul ditelepon Wakil Rektor Kemahasiswaan dan Alumni Prof. Yulianto untuk menghadapnya di ruang kerjanya, di sana Yulianto meminta Teknokra menunda diskusi karena pihak kampus sudah dihubungi oleh orang Badan Intelejen Negara (BIN).

"Prof Yulianto menyarankan menambahkan pembicara diskusi," lanjutnya.

Masukan itu tidak langsung mereka laksanakan, Teknokra tetap menggelar diskusi dengan narasumber yang sudah ada, konsekuensinya mereka akan menggelar diskusi serupa dengan narasumber sesuai masukan Prof Yulianto.

Teror telpon nomor asing terus menghantui Chairul, sampai teror meningkat level menjadi teror pesanan fiktif ojek online.

Baca Juga: AJI Lampung Kecam Teror dan Peretasan Akun Dua Jurnalis Teknokra Unila

"Sekitar selepas azan Isya saya mendapat pesan kode OTP dari salah satu ojek daring. Awalnya tidak curiga dan mengabaikannya. Tak berselang lama, Whatsapp Mitha menerima telepon dan chat dari banyak driver ojek daring," ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI