Suara.com - Pemimpin Umum Teknokra Chairul Rahman Arif buka suara setelah mendapat serentetan teror dan doxing terhadap dirinya. Diketahui, Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung menyelenggarakan diskusi 'Diskriminasi Rasial terhadap Papua Lives Matter.'
Akibat diskusi tersebut, baik pengurus maupun narasumber, termasuk Chairul mendapat teror. Belakangan, ia sudah mencoba melaporkan hal tersebut kepada Polda Lampung, namun hasilnya nihil.
Ia mengatakan, lantaran tidak memenuhi salah satu syarat pelaporan maka pihaknya hanya sekadar membuat aduan. Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam membuat laporan terjadi teror nonfisik, yakni membawa bukti tertulis dari psikiater ihwal dampak yang dialami akibat teror tersebut.
"(Ke) Polda Lampung cuma kemarin itu bentuknya tidak laporan tapi pengaduan. Karena kalau intimidasi melalu chat katanya harus ada dampak psikis dari korban yang dibuktikan oleh psikiater," kata Chairul kepada Suara.com, Jumat (12/6/2020).
Baca Juga: Kronologi Teror Doxing dan Order Fiktif ke Pers Mahasiswa Teknokra Unila
Chairul pun menyayangkan hal tersebut. Sebab, ia bersama kawan-kawan merasakan dampak psikis dari adanya rangkaian teror kepada mereka. Kekinian, ia sudah meminta pendampingan.
"Padahal teman-teman Teknokra ya terdampak juga psikisnya makanya kita sampai meminta pendampingan LBH dan AJI," kata Chairul.
Diketahui, pengurus dan narasumber diskusi 'Diskriminasi Rasial terhadap Papua Lives Matter' yang mendapatkan teror dan intimidasi dari orang misterius. Sedianya diskusi tersebut diselenggarakan oleh Pers Mahasiswa Teknokra, Universitas Lampung pada Kamis (11/6/2020)
Pemimpin Redaksi Teknokra Mitha Setiani Asih membeberkan, teror pertama kali dialami oleh Pemimpin Umum Teknokra Chairul Rahman Arif satu hari sebelum diskusi melalui telepon misterius saat sedang makan bersama Hendry Sihaloho (Ketua Aliansi Jurnalis Independen Bandar Lampung) dan Dian Wahyu Kusuma (Sekretaris AJI Bandar Lampung).
"Chairul menerima delapan kali panggilan lewat gawainnya, penelpon mengaku alumni Unila," tulis Mitha dalam keterangannya, Kamis (11/6/2020).
Baca Juga: AJI Lampung Kecam Teror dan Peretasan Akun Dua Jurnalis Teknokra Unila
Kedua, Chairul ditelepon Wakil Rektor Kemahasiswaan dan Alumni Prof Yulianto untuk menghadapnya di ruang kerjanya. Saat menghadap, Yulianto meminta Teknokra menunda diskusi karena pihak kampus sudah dihubungi orang Badan Intelejen Negara (BIN).