Curhat Pengurus Jenazah Debat Alot dengan Keluarga soal Protokol Pemakaman

Jum'at, 12 Juni 2020 | 11:59 WIB
Curhat Pengurus Jenazah Debat Alot dengan Keluarga soal Protokol Pemakaman
Muh Hanifurrohman, petugas pemulasaran jenazah Covid-19 dari RSIJ Sukapura, Jakarta Utara. (Akun Youtube BNPB).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Petugas pemulasaran RSIJ Sukapura, Jakarta Utara, Muhammad Hanifurrohman bercerita soal tugasnya selama menangani jenazah pasien Covid-19.

Dia mengaku kerap berdebat panjang dengan pihak keluarga saaat pemulasaran jenazah pasien.

Menurutnya, perdebatan itu karena pihak keluarga jika pasien Covid dimakamkan dengan protokol Covid-19.

"Karena alot sekali perdebatannya, ada penolakan, itu kadang-kadang masyarakat juga ada yang bilang 'tidak perlu takut dengan Covid, takutlah pada Tuhan', secara akal sehat memang betul, tapi tidak mungkin karena jenazah ini terpapar Covid yang akan menularkan banyak yang lain," kata Hanifurrohman dari Kantor BNPB, Jakarta, Jumat (12/6/2020).

Baca Juga: Cerita Pengurus Jenazah Covid-19: Harus Lakukan Desinfektan Berkali-Kali

Di sisi lain, dia mengaku tak pernah mengeluh mengurus jenazah pasien Corona di rumah sakit. Bahkan, Hanif bercerita pernah mengurus jenazah pada pukul 01.00 WIB dini hari.

"Ini satu hal yang biasanya kita malam di rumah bersama keluarga kemudian kita harus datang pemulasaran jenazah, ini panggilan jiwa, dorongan pertama kita sebagai seorang muslim tidak boleh menolak dan juga karena tugas dari rumah sakit tentunya," kata dia.

Dia juga menceritakan kendala-kendala yang kerap terjadi saat mengurus jenazah Covid-19. Menurutnya, RSIJ Sukapura pernah kehabisan stok kantong mayat sehingga harus meminta ke rumah sakit terdekat.

"Kita meminjam di RS Islam Cempaka Putih, dan Alhamdulillah dikasih kantung mayat," ungkapnya.

Hanif juga membeberkan cara mengurus hingga menyalatkan jenazah Covid-19 sebelum dibawa ke pemakaman.

Baca Juga: Pengambilan Paksa Jenazah PDP Covid-19: Sakitnya Sanksi Sosial

"Kalau yang muslim kita tayamumkan. Terus didisinfektan, diplastik, dikafani kemudian dimasukkan peti yang kedap," kata dia. 

Dari segala permasalahan itu, kata Hanifurrohman petugas medis juga harus menjaga diri dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap yang sangat ketat dan tidak nyaman. 

"APD yang begitu ketat, hamzat yang gerah, tidak nyaman, kita sudah pakai hazmat seperti itu terasa ya seperti robot, mohon maaf mau ke kamar kecil saja rasanya tahan dulu, kalau ke kamar mandi kita harus buka semua, ngulang dari awal lagi," katanya.

REKOMENDASI

TERKINI