Hubungan kedua negara telah menjadi lebih tegang sejak Australia menyerukan penyelidikan internasional tentang asal-usul virus corona baru.
Setelah seruan Australia untuk penyelidikan itu, Duta Besar China untuk Australia Cheng Jingye mengatakan bahwa konsumen China dapat memboikot daging sapi, anggur, pariwisata dan universitas Australia.
Namun, China mengatakan tindakan perdagangan terhadap Australia itu tidak ada hubungannya dengan dorongan untuk penyelidikan asal-usul virus corona baru.
Vicki Thomson, kepala eksekutif Group of Eight, yang mewakili universitas-universitas top Australia, mengatakan kepada Reuters bahwa universitas sedang terseret ke dalam sengketa diplomatik.
Baca Juga: Bak Anak Sendiri, Video Suapi Monyet Ini Bikin Publik Senyam-Senyum
"Pendidikan internasional digunakan sebagai pion politik," kata Thomson.
Thomson mengaku kedutaan besar China telah memberitahunya bahwa mereka belum menerima laporan tentang siswa asal China yang diserang di Australia selama pandemi COVID-19.
Dia juga mengatakan kedutaan China sebelumnya telah meyakinkan bahwa perjalanan pelajar tidak akan terganggu. Oleh sebab itu dia khawatir dan kecewa tentang peringatan Kementerian Pendidikan China bagi para pelajar mereka di Australia.
Tercatat, sekitar 20.000 mahasiswa asal China yang terdaftar di Universitas Group of Eight Australia berada di negaranya dan belajar secara daring karena pembatasan perjalanan akibat wabah virus corona.
"Kami memiliki catatan keselamatan yang kuat di seluruh Australia," sambungnya.
Baca Juga: Pengunjuk Rasa Antirasisme di AS Diminta Ikut Tes COVID-19
Berdasarkan survei terhadap 400 lembaga pendidikan oleh Navitas, Thomson menyebut Australia menempati peringkat kedua setelah Selandia Baru sebagai tempat yang menarik untuk belajar karena penanganannya terhadap virus corona.