Pengunjuk Rasa Antirasisme di AS Diminta Ikut Tes COVID-19

Syaiful Rachman Suara.Com
Kamis, 11 Juni 2020 | 15:29 WIB
Pengunjuk Rasa Antirasisme di AS Diminta Ikut Tes COVID-19
Aksi demonstrasi memprotes kematian George Floyd di Washington DC. (Anadolu Agency/Yasin Ozturk)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Otoritas Washington DC pada Rabu (10/6/2020) meminta pengunjuk rasa yang menggelar aksi protes menentang kebrutalan polisi dan rasisme melakukan tes virus corona COVID-19.

Distrik federal bergabung dengan sejumlah daerah lainnya, termasuk Boston, Dallas dan Negara Bagian New York, meminta pengunjuk rasa untuk bersedia mengikuti tes. Sebagaimana diketahui, ribuan orang turun ke jalan di tengah pandemi COVID-19, yang telah menginfeksi hampir 2 juta orang Amerika dan menelan sekitar 112.000 korban jiwa.

"Jika anda khawatir anda terpapar saat berada di komunitas atau keluar di salah satu demonstrasi, kami meminta anda untuk melakukan tes ... antara tiga sampai lima hari," kata wali kota distrik Columbia, Muriel Bowser.

Distrik tersebut mendorong pengunjuk rasa untuk memantau diri mereka sendiri terkait tanda dan gejala penyakit pernapasan. Otoritas juga meminta pengunjuk rasa untuk bekerja dari rumah, jika memungkinkan, selama 14 hari dan membatasi mobilitas meski pejabat kesehatan DC LaQuandra Nesbitt menambahkan bahwa pembatasan seperti itu tidak sama dengan karantina.

Baca Juga: Federasi Sepak Bola AS Izinkan Pemain Berlutut Saat Dengar Lagu Kebangsaan

Aksi demonstrasi memprotes kematian George Floyd di Washington DC. (Anadolu Agency/Yasin Ozturk)
Aksi demonstrasi memprotes kematian George Floyd di Washington DC. (Anadolu Agency/Yasin Ozturk)

Ibu kota AS menambah ketersediaan tes gratis, termasuk menawarkan tes COVID-19 di stasiun pemadam kebakaran pada malam hari dan akhir pekan.

Seruan tes COVID-19 untuk pengunjuk rasa muncul saat sejumlah ahli kesehatan masyarakat, termasuk pakar penyakit menular AS, Anthony Fauci, memperingatkan bahwa demonstrasi dapat menyebabkan lonjakan kasus virus corona.

Garda Nasional DC melaporkan bahwa beberapa tentara mereka terbukti positif tertular virus corona, meskipun belum menyebutkan jumlah tentara yang terinfeksi.

Derek Chauvin, polisi Minneapolis pembunuh lelaki kulit hitam bernama George Floyd. [AFP]
Derek Chauvin, polisi Minneapolis pembunuh lelaki kulit hitam bernama George Floyd. [AFP]

Aksi protes, yang bermula di Minneapolis, menyebar ke seluruh negeri dan sejumlah negara di dunia. Aksi protes tersebut dipicu oleh kematian George Floyd di Minneapolis. George Floyd, pria kulit hitam Afrika-Amerika, tewas setelah petugas polisi kulit putih bernama Derek Chauvin menekan lehernya dengan lutut sehingga membuat Floyd tak bisa bernapas.

Gelombang aksi unjuk rasa tersebut, di sebagian negara bagian, berujung dengan bentrok dan kerusuhan. Sementara itu di Washington DC, demonstran sempat mengepung Gedung Putih sehingga tentara disiapkan. (Antara)

Baca Juga: Unjuk Rasa di AS, Pemrotes Robohkan Patung Christopher Columbus

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI