Sedang Jajan Soda, Remaja 16 Tahun Tewas Ditembak Polisi

Kamis, 11 Juni 2020 | 12:47 WIB
Sedang Jajan Soda, Remaja 16 Tahun Tewas Ditembak Polisi
Ilustrasi garis polisi, TKP tindak kejahatan. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang remaja Amerika Serikat harus meregang nyawa setelah ditembak polisi setempat di negara bagian Oaxaca, Meksiko Selatan, Selasa (9/6/2020) malam waktu setempat.

Korban yang diidentifikasi bernama Alexander (16), tewas setelah peluru panas bersarang di kepalanya, sebagaimana dilaporkan Reforma.

Saat kejadian, Alexander dan temannya yang berusia 15 tahun, dikabarkan tengah jajan soda di sebuah pom bensin.

Hingga kini, belum diketahui secara jelas kenapa dan apa motivasi polisi Meksiko itu menembak Alexander dan kawannya yang berhasil selamat kendati harus mengalami luka-luka.

"Mereka saat itu berada di pom bensin untuk membeli soda. Polisi mulai menembak, dan karena anak-anak ini ketakutan, mereka lari," kata sepupu Alexander, Dulce Darian, dikutip dari The Guardian, Kamis (11/6/2020).

"Polisi tidak memberi mereka pilihan untuk berhenti atau melepas masker wajah. Polisi justru mulai menembak dan mengenai kepalanya."

"Alexander meninggal seketika karena polisi tidak ingin memberinya pertolongan pertama," tambahnya.

Jaksa penuntut di Oaxaca telah membuka penyelidikan atas penembakan di kota Acatlan de Pérez Figueroa itu, kendati tak memberi rincian lebih lanjut.

Pemerintah kota setempat juga telah menyampaikan belangsungkawa lewat Facebook, kendati secara tersirat lebih membela pihak kepolisian.

Baca Juga: Sebelum Bunuh Diri, Gadis Cantik di Serang Ancam Mau Bakar Diri

The Guardian melaporkan bahwa pemerintah kota menyampaikan narasi bahwa penembakan itu adalah sebuah kecelakaan dan dilakukan dengan itikad baik tanpa ingin menyakiti masyarakat.

"Mereka ingin memberatkan Alexander untuk membenarkan kekotoran tindakan mereka," cuit Javier Valdivia, seorang warga dari Acatlán de Pérez Figueroa.

Bukti yang dikumpulkan oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia menunjukkan bahwa pasukan keamanan di Meksiko secara rutin bertanggung jawab atas pelecehan, penyiksaan, dan pembunuhan di luar pengadilan.

“Ini benar-benar campuran yang tidak stabil dari kurangnya pelatihan, ketidakmampuan untuk menarik orang-orang yang berkualitas dan kurangnya pengawasan,” kata Falko Ernst, analis senior Meksiko dengan International Crisis Group.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI