Suara.com - Uni Eropa mengambil keputusan untuk menyalahkan China atas disinformasi mengenai Covid-19 yang beredar di Eropa.
Menyadur The Guardian pada Kamis (11/6/2020), Uni Eropa menuduh dan menyalahkan China telah melakukan kampanye disinformasi di Uni Eropa.
Uni Eropa saat ini sedang menyusun rencana untuk mengatasi "gelombang besar" fakta-fakta keliru tentang pandemi virus corona.
Komisi Eropa mengatakan bahwa Rusia dan China sedang menjalankan operasi pengaruh yang ditargetkan dan kampanye disinformasi di Uni Eropa, lingkungannya, dan secara global. Pernyataan tersebut juga pertama kalinya eksekutif Uni Eropa secara terbuka menyebut China sebagai sumber disinformasi.
Baca Juga: Miris,18 ABK Indonesia Belum Terima Gaji 20 Bulan Kerja di Kapal China
Politisi Prancis sangat marah ketika kedutaan besar China melalui situs web resminya mengklaim pada pertengahan April, di puncak pandemi Eropa, bahwa para pekerja medis meninggalkan pekerjaan mereka sehingga penduduknya banyak yang meninggal dunia.
Diplomat China yang tidak disebutkan namanya juga mengklaim secara salah bahwa 80 anggota parlemen Prancis melakukan penghinaan terhadap kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Saya percaya jika kami memiliki bukti, kami tidak boleh menghindar," kata Vra Jourová, wakil presiden komisi Eropa dikutip dari The Guardian.
"Apa yang juga kami saksikan adalah usaha untuk melemahkan demokrasi kami dan tanggapan kami terhadap krisis, misalnya klaim adanya laboratorium biologi rahasia AS di bekas republik Soviet yang telah disebarkan oleh pihak pro-Kremlin dan China." lanjutnya.
"Saya sangat percaya bahwa Uni Eropa yang secara geopolitik kuat, hanya dapat terwujud jika kita tegas," kata Jourová. Pernyataan tersebut mendukung harapan presiden komisi Eropa, Ursula von der Leyen, agar badan tersebut memiliki pengaruh lebih besar di dunia.
Baca Juga: Makin Panas! China Tuding Australia Tak Aman untuk Kuliah