"Kami di 7883 sampai finish. Terus kami dipindahkan ke 7872 cuma buat makan dan tidur saja, tidak kerja," beber Mahmudi.
Hingga detik ini, Mahmudi Cs belum menerima gaji selama berlayar. Mereka lantas bertanya pada pihak agen, yakni PT BKM ihwal gaji yang tak kunjung turun. Lagi-lagi, Mahmudi cuma mendapat jawaban yang sama yang keluar dari mulut kapten kapal sebelumnya.
"Sampai saat ini, mau memasuki bulan ke 21 dan salary belum turun. Sekarang kami sedang berada di perairan China. Kami langsung menanyakan ke pihak agen kami, dan agen bicara 'kamu jangan dulu mau pulang kalau gaji belum masuk soalnya uang gaji kamu belum di kirim dari pihak agen china'. Begitu jawabannya," kata dia.
Salah satu rekan Mahmudi sempat minta pulang ke Tanah Air lantaran gajinya tak kunjung turun. Namun, kapten kapal tidak memberi izin dan malah menghukum ABK tersebut dengan cara tidak diberi makan selama tiga hari.
Baca Juga: RS Rujukan Overload, Pasien Positif Covid-19 Asal Sidoarjo Dirawat di DIY
"Oleh kapten tidak dikasih pulang dan teman saya tidak diberi makan selama tiga hari. Akhirnya dia kerja secara terpaksa sampai sekarang," kata Mahmudi.
Mahmudi mengatakan jika sebelum bekerja, dia dan ABK lainnya dijanjikan mendapat upah sebesar 300 USD setiap bulannya. Nyatanya, hingga kekinian mereka masih terombang-ambing di perairan China tanpa uang dan kejelasan yang pasti.
"Dari segi gaji kami beda-beda. Ada yang 300 sampai 350. Untuk gaji, ada sebagian dari kami ambil di kantor, sebagian di transfer," ungkap dia.
Kekinian, Mahmudi Cs berharap gaji mereka selama bekerja bisa turun secepatnya. Dia juga meminta agar agen dari Indonesia dan China segera dipulangkan ke Tanah Air.
"Kenapa dari pihak agency dari Indonesia tidak menarik kami untuk pulang. Malah kami kerja terus sampai kontrak finish," tutupnya.
Baca Juga: Langgar Aturan Karantina COVID-19, WNI Didepak dari Korea Selatan