Dubes Jingye pada April lalu menyatakan akibat desakan Australia itu, masyarakat China bisa saja berhenti mengonsumsi produk-produk serta berhenti mengirim anak-anaknya ke Australia untuk menempuh pendidikan.
"Mungkin saja orang awam (di China) akan bilang, mengapa kita harus minum anggur Australia atau makan daging sapi Australia?" katanya dalam wawancara dengan Australian Financial Review.
Tak berselang lama setelah itu, Pemerintah China mengambil langkah drastis dengan memberlakukan tarif bagi gandum Australia yang masuk ke negara itu.
Selain itu, China juga melarang impor daging sapi dari empat rumah potong hewan di Australia.
Baca Juga: Gandeng Polri, Kemenlu Dalami Kasus Dua ABK yang Lompat dari Kapal China
Pertikaian diplomatik Australia dan China telah merembes kemana-mana, mulai dari sektor perdagangan, pariwisata hingga pendidikan.
Kemudian akhir pekan lalu, Kementerian Budaya dan Pariwisata China mengeluarkan peringatan bagi warganya agar jangan berkunjung ke Australia dengan alasan "adanya peningkatan serangan rasis terhadap orang China dan keturunan Asia lainnya".
Media pemerintah China menyebut larangan ini hanyalah reaksi atas apa yang mereka sebut sebagai "kebijakan anti China di Australia".
Tindakan Pemerintah China di sektor pendidikan kali ini diharapkan tidak akan mempunyai dampak jangka panjang bagi Australia.
Menurut CEO Asosiasi Pendidikan Internasional, Phil Honeywood saat ini perbatasan Australia masih ditutup bagi kedatangan mahasiswa internasional. Butuh waktu sebelum dibuka sepenuhnya.
Baca Juga: China Tidak Lagi Pakai Trenggiling Sebagai Obat Tradisional, Ini Alasannya
"Hal ini memberikan banyak waktu bagi para menteri untuk mengatasi kesalahpahaman dan isu yang dilontarkan Pemerintah China," katanya.