Suara.com - Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terus meningkat sepanjang pandemi Covid-19. Berdasarkan catatan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) selama sebulan, per 2 Maret - 25 April 2020, terdapat 275 kasus kekerasan yang dialami perempuan dewasa dengan total korban 277 orang.
Apa faktor yang menyebabkan meningkatnya KDRT selama masa darurat wabah Virus Corona?
Psikolog dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Rini Sugiarti mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan tingginya kasus KDRT di masa pandemi.
Salah satu faktor yang paling dasar adalah psikis, karena pada saat pandemi pola aktivitas sehari-hari berubah, apalagi tuntutan bekerja dari rumah atau WFH. Orang yang bekerja di rumah dan jarang keluar karena himbauan pemerintah untuk menjaga jarak menimbulkan rasa bosan.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Buat Penanganan KDRT Terkendala
"Misalnya kasus suami istri yang selama WFH sering bertemu, ditambah rasa bosan lama di rumah, kemudian jengkel yang terpendam akan memicu KDRT," kata Rini dalam diskusi daring bertajuk Penerapan Normal Baru, Antisipasi Dampak Sosial dan Kesehatan Jiwa yang digelar AJI Indonesia, Rabu (10/6/2020).
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Semarang ini menuturkan, selain masalah itu, yang paling banyak menjadi pemicu kekerasan adalah kondisi ekonomi rumah tangga kian sulit di tengah pandemi.
Kondisi ekonomi makin sulit karena penghasilanenurun drastis, kehilangan pekerjaan dan sebagainya sangat berpengaruh besar menjadi faktor terjadinya KDRT.
"Jadi masalahnya adalah kontrol dan pengendalian diri di tengah pandemi," ujarnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan selama work from home atau bekerja di rumah seseorang haris bisa menyesuaikan pola kehidupannya agar lebih nyaman dan aman.
Baca Juga: WHO: Jika Lockdown sampai 6 Bulan, Akan Memicu 31 Juta Kasus KDRT
Misalnya, selama jam bekerja manfaatkan sebaiknya, namun setelah selesai harus bisa menggunakan untuk kegiatan yang lain agar tidak boring.
"Jadi harus bisa diatur waktunya dengan baik, saat bekerja ya bekerja, kalau pas longgar lakukan lah kegiatan lain. Misalnya pas puasa kemarin saya keluar rumah cari takjil dengan tetap patuh protokol kesehatan, jadi ada hiburan," tuturnya.