Kisah Sunan Kalijaga Jadi Begal dan Rampok Sunan Bonang, Ini Alasannya

Rabu, 10 Juni 2020 | 16:50 WIB
Kisah Sunan Kalijaga Jadi Begal dan Rampok Sunan Bonang, Ini Alasannya
Sunan Kalijaga (ist)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah satu tokoh Walisongo, Sunan Kalijaga disebut-sebut memiliki pengalaman hidup sebagai perampok atau begal.

Bahkan ia juga pernah merampok Sunan Bonang. Peristiwa itu diyakini terjadi saat Sunan Kalijaga masih muda.

Dilansir hops.id -- jaringan Suara.com, Rabu (10/6/2020), kisah Sunan Kalijaga pada masa mudanya sebelum menjadi seorang wali, sering melakukan tindakan kekerasan termasuk melakukan begal atau perampokan.

Nama aslinya adalah Raden Syahid sebelum mendapat gelar Sunan. Ia adalah anak dari adipati Tuban, Tumenggung Wilaktika sebagaimana ditulis dalam buku "Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat" karya Achmad Chodjim.

Baca Juga: Warga yang Langgar Aturan PSBL di Pademangan Barat Bakal Kena Sanksi

Aksi perampokan yang dilakukan Raden Syahid diketahui oleh ayahnya. Tumenggung Wilaktika marah, malu dan merasa namanya tercoreng karena tindakan sang anak. Ia lantas mengusir Raden Syahid dari kediaman mereka.

Padahal sebenarnya, Raden Syahid membongkar gudang kadipaten untuk membagikan bahan makanan kepada orang-orang yang memerlukannya.

Karena saat itu, masyarakat Tuban hidup memprihatinkan dengan adanya upeti dan musim kemarau panjang.

Walau sudah diusir dari Tuban, Raden Syahid tidak berhenti melakukan aksi pembegalan. Ia merampok orang-orang kaya di Kadipaten Tuban.

Ayahnya semakin marah ketika mengetahui aksi tersebut. Lalu, Raden Syahid kembali diusir dan disuruh angkat kaki dari wilayah Kadipaten Tuban.

Baca Juga: Gandeng Polri, Kemenlu Dalami Kasus Dua ABK yang Lompat dari Kapal China

Keluar dari daerah Tuban, Raden Syahid masih juga tidak menghentikan aksi perampokan itu. Kali ini dia sampai tega meminta harta seorang yang sepuh.

Saat itu, Raden Syahid bertemu dengan seseorang di hutan Jati Wangi. Belakangan, orang tua tersebut kelak diketahui sebagai Sunan Bonang.

Raden Syahid tidak mengenal orang tua tersebut. Lantaran masih memiliki jiwa begal, ia memiliki niatan untuk membegal Sunan Bonang.

"Karena itu, wali tua itu pun hendak dimangsanya. Pikirnya, ada orang kaya yang bisa dibegal," tulis Achmad Chodjim dalam bukunya.

Singkat cerita, Raden Syahid berhasil melumpuhkan Sunan Bonang. Ia minta Sunan Bonang menyerahkan barang bawaannya.

BACA JUGA: Sekilas tentang Sunan Bayat, Gila Harta Sebelum Berguru pada Sunan Kalijaga

Tapi Sunan Bonang menolak permintaan tersebut. Kemudian Raden Syahid pun menjelaskan alasannya membegal adalah untuk membantu orang miskin.

Dalam cerita versi lain, Raden Syahid meminta maaf dan bertobat lantaran Sunan Bonang menasihatinya dan menunjukkan kesaktiannya mengubah buah pohon aren menjadi emas.

"Pertemuan dengan Sunan Bonang itulah yang membuat Raden Syahid tercerahkan hidupnya. Ia menyadari bahwa perbuatan yang dilakukannya itu meski tampak mulia, tetap merupakan jalan yang salah," tulis Chodjim.

Raden Syahid Menjadi Murid Sunan Bonang

Pertemuan itu membuat Raden Syahid bertobat dan memohon agar diperbolehkan menjadi muridnya. Sunan Bonang menerima permintaan tersebut.

Namun ia punya suatu syarat, yaitu Raden Syahid harus bersemedi di pinggir kali sampai Sunan Bonang kembali. Raden Syahid menyanggupi syarat tersebut.

Alkisah, Sunan Bonang pun akhirnya kembali ke tempat yang sama setelah tiga tahun. Ia menemukan Raden Syahid tubuhnya sudah dirambati oleh rerumputan.

BACA JUGA: Watu Sekul, Jejak Perjalanan Sunan Kalijaga dan Muridnya di Bantul

Melihat keteguhan hati Raden Syahid, Sunan Bonang pun takjub. Kejadian ini pula yang kemudian memunculkan nama "Sunan Kalijaga".

Menurut Umar Hasyim dalam bukunya "Sunan Kalijaga", menyebutkan bahwa Raden Syahid berganti nama menjadi Kalijaga yang berarti penjaga kali.

Namun dalam penjelasan yang lain, "Kalijaga" diartikan sebagai orang yang menjaga semua aliran (kali sebagai air yang mengalir) atau kepercayaan yang hidup di masyarakat.

Pendapat ini muncul karena Sunan Kalijaga merupakan satu-satunya wali yang paham dan mendalami segala pergerakan dan aliran atau agama yang hidup di masyarakat.

Sunan Kalijaga juga memiliki cara yang unik saat menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.

Ia berhasil mengenalkan Islam dengan memadukan budaya Jawa seperti wayang. Sunan Kalijaga juga mengarang sebuah tembang Jawa yang terkenal yaitu Ilir-Ilir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI