Tak Ada HP, Guru Jalan Kaki ke Rumah Siswa Agar Bisa Belajar

Rabu, 10 Juni 2020 | 14:02 WIB
Tak Ada HP, Guru Jalan Kaki ke Rumah Siswa Agar Bisa Belajar
Guru di Soppeng, Sulsel datangi rumah siswa satu per satu agar mereka bisa belajar (Dok. Terkini.id)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kebijakan belajar dari rumah selama pandemi Covid-19 tak bisa diterapkan di pelosok negeri, salah satunya Sekolah Dasar Negeri 21 Mattabulu, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Guru di sekolah itu harus berjalan kaki ke rumah para siswa agar mereka tetap bisa belajar.

Guru Kelas II SDN 21 Mattabulu, Sucita Irada Putry terpaksa harus menempuh jarak hingga 1 kilometer berjalan kaki dari rumah siswa ke siswa lainnya.

Perjuangan tersebut harus ia lakukan demi memastikan siswa-siswanya tetap bisa belajar dan naik kelas di tengah pandemi virus corona baru covid-19.

Lokasi desa ini berada di daerah pegunungan. Jaringan internet untuk membantu pembelajaran secara online masih sulit di dapat, terlebih tak semua siswanya memiliki HP sehingga pembelajaran online mustahil untuk dilakukan.

Baca Juga: UU Tentang Keuangan Negara untuk Penanganan Covid-19 Digugat ke MK

"Memang jaringan tidak mendukung. Tidak semua anak juga punya HP," kata Sucita dikutip dari Terkini.id -- jaringan Suara.com, Rabu (10/6/2020).

Sistem belajar dengan mendatangi satu per satu rumah siswa merupakan hasil inisiatifnya.

Ia tak tega bila siswa harus datang ke sekolah setiap hari disaat virus corona sedang merebak.

Inisiatif ini sekaligus dijadikan oleh Sucita untuk mematahkan anggapan guru tidak bekerja selama pandemi.

Ia menegaskan guru-guru di pelosok terus bekerja mendatangi rumah siswa satu per satu untuk memastikan mereka mendapatkan akses pendidikan.

Baca Juga: Temuan Potongan Kaki di Situ Pengarengan, Begini Pengakuan Saksi

"Kami guru di pelosok tetap bekerja, tetap mengajar meski harus ke rumah murid," tuturnya.

Untuk durasi mengajar dari satu rumah ke rumah diakui Sucita tak bisa dilakukan lama.

Sucita harus menghemat waktu agar setiap harinya ia bisa mendatangi rumah-rumah para siswanya.

"Sistemnya kasih tugas per minggu. Jadi sekali seminggu naik kasih tugas dari rumah ke rumah," ungkapnya.

Program siaran Belajar dari Rumah yang disiarkan oleh TVRI juga belum maksimal. Para siswa baru bisa mengakses siaran tersebut dua pekan belakangan karena listri baru masuk ke desa.

"Dua pekan ini listrik baru masuk di desa," ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI