Demikian pula, Wengfay Ho yang berujar bahwa dirinya selalu mendukung gerakan Black Lives Matter, tetapi kematian George Floyd merupakan "katalisator" yang mendorongnya turun ke jalan untuk pertama kalinya.
Kematian Geroge Floyd "melahirkan lebih banyak emosi, dan seruan sangat mendesak bagi perubahan saat ini".
Aksi protes terjadi selama pandemi, dan angka pengangguran tinggi
"Sejarah berubah ketika Anda memiliki konvergensi kekuatan yang tidak terduga," ujar Roberts.
Baca Juga: Hadiri Pemakaman George Floyd, Sherif: Jangan Biarkan Kematiannya Sia-sia
Breonna Taylor: Siapa perempuan yang tewas ditembak polisi dan namanya disebut-sebut dalam unjuk rasa George Floyd? Kematian George Floyd: Bagaimana rasanya menjadi warga kulit hitam di AS Kematian George Floyd: Pertanyaan sederhana yang mengungkap rasisme di Amerika Serikat
Kematian Floyd datang di tengah pandemi virus corona yang menyebabkan rakyat Amerika dipaksa agar tinggal di rumah mereka, dan memicu tingkat pengangguran tertinggi sejak Depresi Parah (Great Depression) pada 1930-an.
"Anda berada pada situasi ketika seluruh negara terkunci (lockdown), dan lebih banyak orang menonton TV di rumah ... lebih banyak orang dipaksa untuk memperhatikan - mereka kesulitan untuk memalingkan muka, untuk tidak terdistraksi."
Pandemi telah mengubah cara kita hidup dan bekerja, dan menyebabkan banyak warga AS yang tinggal di rumah "bertanya pada diri sendiri tentang kenormalan seperti apa yang tidak lagi dapat diterima," tambahnya.
Dan pada tingkat praktis, tingkat pengangguran sebesar 13% di AS yang berarti lebih banyak warga dapat ikut unjuk rasa tanpa disibukkan soal pekerjaan.
Baca Juga: Best 5 Oto: Lelaki Bertugas Bak Polantas, Dorce Antar Raffi - Nagita
'Kasus George Floyd akhir kejadian tak menyenangkan'