Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak negara-negara di dunia untuk terus berupaya dalam memerangi pandemi virus Corona Covid-19 yang penyebarannya masih terus berlangsung.
Direktur Jendral WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 belumlah mencapai titik akhir. Kasus infeksi di dunia bahkan semakin tinggi.
"Lebih dari 136 ribu kasus dilaporkan di seluruh dunia pada hari Minggu, paling banyak dalam satu hari sejauh ini" kata Tedros dikutip dari The Strait Times, Selasa (9/6/2020).
"Lebih dari enam bulan masa pandemi, ini bukan saatnya bagi negara mana pun untuk mengendurkan penanganan," tambahnya.
Baca Juga: Presiden Tanzania Klaim Negaranya Bebas Corona
Berbagai negara, termasuk Indonesia kekinian mulai melonggarkan lockdown atau pembatasan sosial. Aspek ekonomi menjadi salah satu pertimbangan besar dalam keputusan tersebut.
Ahli darurat utama WHO, Dr Mike Ryan mengingatkan negara-negara di dunia harus waspada terkait potensi gelombang kedua pandemi Covid-19.
Data kasus infeksi dan kematian di benua Amerika, disebutnya bisa menjadi contoh bahwa wabah virus bernama ilmiah Sars-CoV-2 masih terus menjadi krisis kesehatan global.
"Kita perlu fokus sekarang pada apa yang kita lakukan hari ini untuk mencegah puncak kedua," kata Ryan.
Brasil, negara di Amerika Selatan kekinian menjadi salah satu negara yang paling menderita akibat pandemi Covid-19.
Baca Juga: AS Berencana Buka Sekolah Saat Musim Gugur, Dr Fauci: Ini Keputusan Rumit
Merujuk data worldometers.info, negara pimpinan Presiden Jair Bolsonaro telah mencatatkan lebih dari 700 ribu kasus infeksi di mana angka kematian telah menembus 37 ribu jiwa.
Angka-angka itu membuat Brasil kini menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan kasus infeksi Covid-19 tertinggi.
Mereka hanya kalah dari Amerika Serikat yang telah mencatatkan lebih dari 2 juta kasus, dengan 113 ribu lebih kematian.
Secara global, pandemi virus Corona telah menginfeksi lebih dari 7 juta orang di mana 408 ribu lebih nyawa telah melayang karenanya.
"Ini masih jauh dari selesai," kata Maria van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi WHO.