Suara.com - Penyidik Ditreskrimum Polda Sumatera Utara telah memeriksa sejumlah orang yang diamankan saat penggerebekan Panti pijat ‘plus-plus’ khusus gay (homo seks) yang berada di Kawasan Setia Budi Medan II Jalan Ringroad Medan, Sabtu (31/5/2020) lalu.
Hasilnya, polisi menetapkan seorang tersangka berinisial A. Sementara 10 orang lainnya dibebaskan karena dinilai sebagai korban dari ekspolitasi ini.
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan didampingi Kanit IV AKP Bayu Putra mengatakan, tersangka A berperan sebagai penyedia/perekrut dan menerima upeti dari hasil kerja para terapis tersebut.
"Satu orang kita tetapkan sebagai tersangka,” ujar Tatan sebagaimana dilansir Medanheadlines.com (jaringan Suara.com).
Baca Juga: Bongkar Pijat Khusus Gay, Polisi Sita Mainan Seks hingga Ratusan Kondom
Untuk tersangka A, sebut dia, dikenakan pasal perdagangan orang atau human trafficking.
“Untuk tersangka A dikenakan Pasal UU 21 tahun 2007 tentang pemberantasan perdagangan orang dengan ancaman di lima tahun penjara,” terangnya.
Dalam pasal ini disebutkan, Untuk merekrut menampung dan menerima orang untuk tujuan eksploitasi, atau pemanfaatan fisik dan seksual, dipidana seringan-ringannya 3 tahun, dan selama-lamanya 15 tahun, dengan denda paling sedikit Rp 120 juta dan maksimal Rp 600 juta.
“Ada 11 orang yang diamankan semuanya laki-laki. Di mana 1 orang berinisial A adalah sebagai perekrut dan yang menyediakan tempat. Sedangkan lainnya adalah terapis,” katanya pula.
Praktik pijat ini terbiang aneh karena semua terapisnya adalah lelaki. Kemudian yang menyiapkan juga laki-laki, dan dari hasil penyelidikan klien atau pasiennya juga semuanya laki-laki.
Baca Juga: 2 Tahun Beroperasi, Pelanggan Pijat Plus-plus Gay di Medan Diburu Polisi
“Maka menjadi aneh kalau ada kondom dan alat kontrasepsi yang ditemukan di TKP. Untuk alat kontrasepsi yang diamankan, yang dibawa ke Polda Sumut adalah yang utuh, sementara yang sudah dipakai, diamankan personel sudah dibuang,” jelasnya.