Suara.com - Jauh sebelum pandemi virus corona covid-19 melanda, telah terjadi pandemi flu Spanyol di tahun 1918. Setidaknya 50 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat flu Spanyol.
Shankhadeep Das, seorang fisioterapis yang bekerja di Birbhum Vivekananda Homoeopathic Medical College & Hospital, Sainthia, Bengal Barat, India membagikan foto-foto pandemi flu Spanyol.
Dalam unggahannya, Rabu (3/6/2020), Shankhadeep menunjukkan beberapa foto unik yang terjadi selama pandemi itu. Foto-foto itu mirip dengan situasi saat ini.
Pada saat itu, pemerintah dari berbagai negara juga belum tahu bagaimana mengobati flu Spanyol. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah penyebaran virus di antaranya dengan mengenakan masker, menghirup udara segar dan menyantap bubur hangat.
Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Beri Pengecualian Aturan SIKM pada Tiga Pekerjaan Ini
Menariknya, beberapa orang dalam foto yang diunggah Shankhadeep terlihat memakai masker, penutup wajah atau badan dengan benda-benda yang unik.
BACA JUGA: Kisah Pandemi Flu Spanyol 1918: Bubur Hangat, Masker, Hirup Udara Segar
Flu Spanyol yang melanda dunia pada 1918 cenderung menyerang orang yang berusia antara 20 dan 30 tahun.
Justru, mereka yang usia produktif dan sistem kekebalan tubuh kuat menjadi korban. Pria juga lebih banyak yang menjadi korbannya.
Pandemi flu Spanyol berlangsung selama dua tahun. Diperkirakan 40 sampai 50 juta orang meninggal antara tahun 1918 dan 1920 karena penyakit itu.
Dalam riset jurnalis BBC World Service Fernando Duarte, flu Spanyol tercatat menewaskan lebih banyak orang daripada Perang Dunia I.
Baca Juga: Sudah Berdamai, Kasus Ferdian Paleka Dipastikan Telah Berhenti
Karantina wilayah menjadi hal yang efektif untuk mencegah penyebaran flu Spanyol saat itu.
Contohnya, pada bulan September 1918, kota-kota di AS mengorganisir pawai untuk mempromosikan obligasi perang. Dana hasil penjualannya dipakai untuk membantu perang yang sedang berlangsung.
Philadelphia tetap mengadakan pawai, padahal saat itu flu Spanyol sedang mewabah. Sementara kota St Louis memutuskan untuk membatalkan pawai.
Sebulan kemudian, lebih dari 10.000 orang meninggal dunia di Philadelphia. Tapi di kota St Louis warga yang meninggal di bawah angka 700 orang.
BACA JUGA: Flu Spanyol 1918 Tewaskan 50 Juta Orang, Apa Pelajaran dari Pandemi Itu?
Perbedaan ini menjadi bahan studi kasus yang menyatakan langkah menjaga jarak sosial adalah sebuah strategi dalam mengatasi wabah.
Analisa pada beberapa kota AS di tahun 1918 memperlihatkan tingkat kematian yang lebih rendah pada tempat-tempat yang sejak dini melarang pertemuan umum, teater tertutup, sekolah dan gereja.
Amerika sendiri, kehilangan hampir 700.000 warganya gara-gara pandemi ini.
Vaksin flu ini baru pertama kali beredar untuk umum di tahun 1940-an.