Suara.com - Mahmoud Abumayyaleh, pemilik toko Cup Food', tempat George Floyd dibunuh polisi, mengaku kapok berhubungan dengan aparat keamanan.
Merangkum CNN pada Jumat (05/06/2020), Mahmoud berkata, "Kerja sama dengan polisi lebih sering membahayakan daripada membantu".
Melalui akun Facebooknya, Mahmoud menjelaskan kronologis peristiwa di tokonya. Menurutnya George Floyd, seharusnya tak meregang nyawa. Kematian George adalah sepenuhnya bentuk penyalahgunaan kekuataan polisi.
George Floyd adalah pelanggan tetap di tokonya dan tak pernah berbuat onar. Peristiwa ini terjadi ketika George membeli rokok di Cup Foods dan uang senilai USD 20 yang digunakan diduga palsu.
Baca Juga: Kisah Pemuda Disangka Bawa Narkoba Ternyata cuma Garam, Polisi Kena Prank
Sesuai peraturan yang berlaku, pegawai toko menelepon polisi untuk melaporkan hal ini. Tak lama, polisi datang ke toko dan membekuknya. Derek Chauvin adalah orang menekan George dengan lutut hingga pria ini kesulitan bernapas.
George yang saat itu tak melawan diduga tak paham situasi yang sebenarnya. Hal ini juga dijelaskan oleh Mahmoud di Facebooknya. "Kemungkinan besar George tidak tahu ini bermula dari uang palsu."
"Kami menyadari sekarang bahwa kerja sama dengan polisi hampir selalu merugikan daripada menguntungkan, bahkan untuk sesuatu yang tidak berbahaya seperti uang palsu."
Mahmoud Abumayyaleh adalah pemilik Cup Foods yang sudah berdiri lebih dari 30 tahun di lingkungan itu.
Sebagai pengusaha yang berkembang di komunitas kecil, ia menjalankan bisnisnya dengan sangat lancar. Tokonya tak pernah berselisih dengan warga dan mereka memiliki relasi yang cukup dekat.
Baca Juga: Keji, Polisi New York Terekam Dorong Lansia Hingga Pendarahan
Atas kejadian ini, Mahmoud mengaku sangat terpukul dan akan terus menuntut keadilan atas kematian George Floyd.