Goodall yang juga dikenal sebagai pakar simpanse dan mantan juru kampanye konservasi dunia, mengatakan konsumerisme, perang, dan kemiskinan juga punya andil besar dalam memperparah situasi dunia saat ini.
Kemiskinan membuat orang-orang tak memiliki pilihan lain dalam urusan konsumsi. Orang miskin akan memilih makanan termurah kendati produksinya merugikan alam lantaran tak punya banyak pilihan untuk bertahan hidup.
Sementara perang turut memicu kehancuran alam lebih cepat, termasuk konsumerisme yang pada praktiknya terus mendorong produsen membuat produk dengan mengorbankan lingkungan.
"Kita harus berhenti membeli produk mereka," katanya, tentang perusahaan yang menggunakan pertanian pabrik dan mengeksploitasi alam.
Baca Juga: Pengganjal ATM di Bogor Ditangkap Korbannya yang Ternyata Kapolsek
“Salah satu pelajaran dari krisis ini adalah kita harus mengubah cara kita. Para ilmuwan memperingatkan bahwa untuk menghindari krisis di masa depan, kita harus secara drastis mengubah pola makan kita dan beralih ke makanan kaya nabati," beber Goodall.
"Itu semua demi hewan, planet, dan kesehatan anak-anak kita di masa depan," tandasnya.
Stella Kyriakides, komisaris Uni Eropa mengungkapkan bahwa pihaknya amat menganggap penting kesehatan dan keamanan pangan.
Menanggapi kekhawatiran yang ada, Uni Eropa disebut telah meluncurkan strategi pertanian dan keragaman hayati serta lembaga bernama European Green Deal.
"Sistem pertanian yang sangat intensif telah menciptakan banyak manakan di Eropa. Tapi limbah yang dihasilkan juga signifikan, dan tekadang membuat hewan menderita," kata Stella Kyriakides.
Baca Juga: Tanggapi Kerusuhan di Amerika, SBY: Saya Bukan Anti, tapi Tidak Mendewakan
Merujuk data Worldometers.info, Rabu (3/6/2020), tercatat sekitar 6,4 juta warga dunia terinfeksi virus Corona. Jumlah kematian akibat virus tersebut saat ini telah mencapai 382.914 jiwa.